Penggagas PPDB Abnormal Motivasi Guru Surakarta, laporan Aryanto, kontributor PWMU.CO Surakarta
PWMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat FGM Pahri SAg MM, menyapa guru Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (12/3/2022).
Dia menyampaikan ide-idenya dalam seminar motivasi pendidikan bertema Kiat Sukses PPBD Perguruan Muhammadiyah Kota Surakarta.
Acara yang digelar FGM Kota Surakarta di Balai Muhammadiyah Kota Surakarta ini diikuti 88 peserta dari 44 sekolah SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA Muhammadiyah dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Ketua Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Kota Surakarta Muhdiyatmoko MPd menjelaskan kegiatan ini untuk melakukan pembaruan mindset pada top leader sekolah.
Yakni pada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah tentang penerimaam peserta didik baru (PPDB). Dia berharap, pelaksanaan PPDB tahun 2022 dan 2023 setiap sekolah bisa mendapatkan input siswa yang berlipat ganda.
“Sesuai tagline PPDB abnormal 200 persen, harapan kami PPDB tahun ini dan tahun depan bisa mendapatkan hasil yang berlipat ganda,” jelas Kepala SMP Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Surakarta.
PPDB Abnormal
Sambutan tepuk tangan meriah mengawali sesi Pahri. Dia lalu mengajak peserta berdiri untuk meneriakkan yel-yel semangat PPDB naik 200 persen. Yel-yel semangat pun berkumandang.
“PPDB normal, nol persen. PPDB abnormal 200 persen. Guru Muhammadiyah, walau gaji besar, tetap semangat. Muhammadiyah yes,” teriak peserta kompak dengan mengangkat kepalan tangan ke atas dan mengakhiri dengan tepuk tangan bersama-sama.
Pahri menegaskan PPDB tahun 2022 harus naik 200 persen untuk membayar kegagalan pada PPDB dua tahun terakhirß. Kepala Sekolah berhasil jika siswa bertambah, sebaliknya jika siswa tidak bertambah seperti ungkapan bahasa Jawa “gedebus” (omong kosong).
“Ayo ikut paham murid banyak. Prestasi akan mengikuti jika murid banyak,” ajak pria berjas abu-abu dan berdasi merah..
Pahri menceritakan pengalaman mengelola sekolah SMK Muhammadiyah 7 (Mutu) Gondang Legi selama 14 tahun. Dengan penuh semangat, ia menyampaikan kini siswa di sekolah tersebut berjumlah 2.600 siswa. Padahal dahulu hanya 300 siswa.
“Banyak murid, mudah dalam pengelolaan sekolah maka dari itu kita harus melakukan PPDB abnormal atau tidak normal,” jelasnya.
Baca sambungan di halaman 2: Berpikir Abnormal