Melekat pada Karakter Orang
Arif menegaskan, mubalighat bisa menuangkan ide yang muncul di kepala agar menjadi konten video di medsos. Untuk menghasilkan konten video yang bagus seperti Ustadz Adi Hidayat, (UAH) lanjutnya, mungkin sebagian kita perlu rekaman di studio.
“Kamera UAH paling bagus, suaranya paling jernih. Diedit bagus. Lighting-nya bagus. Keunggulannya, cepat merespon isu aktual. Diskusinya di kolom komentar juga dilayani secara aktif,” paparnya.
Tapi, dia menegaskan ada banyak cara membuat konten yang mudah. Termasuk, dengan melekat pada mubaligh berkarakter kuat. Jadi ketika menghadiri kajiannya secara tatap muka, Arif menyarankan untuk merekam.
“Tidak perlu ke studio, hanya perlu melekat dengan mubalighatnya untuk membuat video. Mubalighat tidak perlu memikirkan YouTube dan sebagainya karena sudah ada yang mengedit,” terangnya.
Inilah yang terjadi pada Ustadzah Mumpuni Handayayekti dengan karakter lucu khasnya: berdakwah dalam bahasa Banyumasnya. Yang mempopulerkan adalah jamaahnya. “Bisa viral karena dianggap lucu untuk segmen tertentu,” ujarnya.
Pertanyaannya, “Adakah yang mengintili mubalighat?” Yaitu mengikuti ke mana pun dia berdakwah untuk merekam dan nengunggah di media sosial.
Empat Kategori Konten Dasar
Menurut Arif, pengembangan ide lebih mudah ketika paham kategori konten di media sosial. Dia lantas memaparkan empat kategori dasarnya.
Pertama, konten inspirasi. Yaitu konten memberi inspirasi atau referensi yang membuat orang lain ingin melakukan aksi yang sama atau perlu membeli suatu barang.
Kedua, konten edukasi, di mana pembicara perlu menguasai bidang bahasannya. “Konten yang menjawab kebutuhan informasi atau hal yang paling sering ditanyakan masyarakat,” terangnya.
Ketiga, konten kekinian. Yaitu ide konten datang dari berita-berita atau event trending. Terakhir, konten hiburan yang berisi konten ringan seperti kuis, komedi, dan humor yang sesuai penontonnya.
Tipe Konten Video
Salah satu tipe konten video yang Arif paparkan ialah bicara langsung dan menampilkan wajah. “Tipe konten video ini sangat cocok bagi anda yang percaya diri tampil di depan kamera sambil bercerita atau membawakan informasi,” paparnya.
Untuk video tipe ini, Arif menganjurkan peserta menyiapkan naskah narasi dan menghafalnya. Dengan begitu, sambungnya, mubalighat tak perlu bawa cue card. Dia pun mengenalkan teleprompter yang akan sangat membantu menyampaikan dakwah dengan lancar saat syuting.
Arif juga mengingatkan ada video tipe lainnya. Yaitu video yang tidak memuat gambar bergerak. “Kadang suara aja. Gak harus ada muka. Kita fokus ke pesan,” terangnya kepada para ibu-ibu mubalighat itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni