PWMU.CO– Tokoh pembangunan PCM Lakarsantri telah tiada. Wakil Ketua PCM Lakarsantri Dr Ir H Sudiyarto MMA (62) wafat, Rabu (6/4/2022) pukul 03.00.
Sebelumnya sempat opname di RSAL Dr Ramelan sejak hari Senin (4/4/2022) karena kesehatannya tiba-tiba drop. Jenazah dari RSAL disemayamkan di rumah duka Lembah Harapan Blok AB/1 Lidah Wetan Surabaya.
Setelah itu dishalatkan di Masjid al-Mukhlisin. Di masjid ini sempat dilangsungkan akad nikah anak pertamanya Mutia Fatihah dengan Sendy. Sebetulnya rencana akad nikah sudah dijadwalkan pertengahan Mei 2022. Karena kematian ini jadwal dimajukan.
Jenazah kemudian diberangkatkan ke pemakaman kompleks perumahan pukul 10.00 pagi tadi diiringi jamaah masjid, tetangga, aktivis PCM Lakarsantri, guru-guru MI Muhammadiyah 28, rekan dosen dan rektor UPN Jawa Timur.
Dr Warsidi, sesama aktivis PCM Lakarsantri, menceritakan, Ahad Subuh Sudiyarto masih shalat berjamaah di masjid dan mendengarkan pengajian pagi. Dia berjalan kaki menuju masjid yang berjarak dua blok dari rumahnya.
”Kondisinya ceria seperti biasanya. Kita shalat berjamaah lalu mendengarkan pengajian. Hari Senin ada kabar mendadak masuk rumah sakit, karena kesehatannya drop,” kata Warsidi, Ketua Majelis Ekonomi PCM Lakarsantri dan dosen UMSurabaya.
Setahun belakangan ini kesehatan Sudiyarto terganggu karena ada virus hepatitis C. Tubuhnya pun makin kurus. Sering merasa mudah lelah. Dokter yang merawatnya waktu itu menerangkan, hepatitis C itu bukan penyakit menular biasa. Penularan salah satu kemungkinan bisa terjadi karena transfusi darah.
Waktu itu Sudiyarto mengakui pernah transfusi darah semasa SMA ketika kecelakaan berat hingga membutuhkan tambahan darah. ”Menurut dokter ada kemungkinan virus itu masuk lewat darah itu. Waktu saya masih muda badan saya sehat dan kuat, daya tahan tubuh bisa mengatasi virus. Ketika usia saya lewat 60 tahun mungkin imunitas menurun sehingga virus mulai berulah,” cerita Sudiyarto dalam kesempatan rapat harian PCM.
Enam bulan di awal tahun 2021 dia banyak istirahat di rumah. Mengajar di UPN dan kegiatan di PCM sementara dia tinggalkan. Akhir tahun 2021 mulai aktif lagi. Mengajar via online mahasiswa UPN dan menghadiri rapat harian maupun pengajian Ahad pagi PCM Lakarsantri.
Membangun tanpa Utang
Sentot nama panggilan akrab Sudiyarto sejak kecil. Karena itu kadang orang menulis namanya Sentot Sudiyarto. Dia termasuk perintis pendirian PCM Lakarsantri mulai Maret 2012. Sewaktu terbentuk PCM dia menduduki Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Ekonomi mendampingi Ketua Siswanto.
Dia juga merangkap Ketua Panitia Pembangunan Masjid dan Perguruan Muhammadiyah. Proyeknya Masjid Baitul Halim dan MI Muhammadiyah 28 di Jl. Raya Bangkingan. Karena posisinya itu dia dikenal sebagai tokoh pembangunan PCM Lakarsantri.
Bendahara Panitia Pembangunan Mike Miftachodin menceritakan, Pak Sudiyarto itu banyak ide. Waktu awal pembangunan belum ada dana. Dia juga punya prinsip membangun tanpa utang bank. Tawaran utang bank sepakat ditolak. “Utang bank iku soro nyaure. Sing dadi korban mesti kesejahteraan gurune. Wayahe gaji mundhak tertunda sebab fokus nyaur utang. Tapi lek utang toko bahan bangunan gak popo,” kata Mike menirukan omongan Sudiyarto.
Rapat terakhir yang diikuti bulan Maret lalu ketika ada tawaran utang bank untuk pembangunan tahap kedua juga ditolak. Tapi kali ini ada kecualinya. Kecuali untuk beli tanah pengembangan sekolah. Alasannya tanah harganya masih bisa naik sehingga nilainya tinggi.
”Karena tanpa utang bank langkah pertama mengumpulkan dana mengambil infak-zakat pengurus dan anggota Muhammadiyah serta simpatisan, ternyata banyak juga warga yang akhirnya menyumbang,” katanya.
Lalu mengajukan dana CSR perusahaan dan dana hibah Pemkot Surabaya. Amal usaha seperti masjid dilobi supaya bersedia meminjami uang. ”Ketika dana terkumpul puluhan juta langsung berani memulai pembangunan. Kebetulan punya kenalan kontraktor yang mau kerjakan dulu bayar belakangan,” tuturnya.
Maka peletakan batu pertama dilakukan 8 Desember 2013. Dilanjutkan pembangunan konstruksi dimulai Mei 2014. Gedung tiga lantai dibangun bertahap. Kini gedung itu sudah berdiri dengan biaya Rp 2,2 miliar. MI Muhammadiyah juga sudah operasional enam tahun ini.
Ketika peletakan batu pertama itu, sambung dia, mengajak PCM sowan ke pewakaf tanah, keluarga Ibu Erna Hanni di Jl. Kalibutuh. Bu Erna gembira mendengar pembangunan ini lalu rutin memberikan infak. Bahkan satu rumahnya di Krukah Timur dijual, uangnya diserahkan ke panitia.
Mendengar ada sekolah beli bangku baru, sambung Mike, langsung dia hubungi kepala sekolahnya meminta bangku lamanya. ”Itulah bangku awal untuk membuka MI Muhammadiyah 28 tahun 2016,” tuturnya.
Sudiyarto juga dikenal sebagai tokoh pembangunan PCM Wiyung. Sebelum berdiri PCM Lakarsantri dia aktif di PCM Wiyung sebagai Ketua Majelis Dikdasmen dan Ketua Panitia Pembangunan Sekolah. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto