Perempuan dan Pendidikan Keluarga
Muyasaroh menjelaskan perempuan sangat lekat dengan pendidikan dalam keluarga.
“Fitrah perempuan dalam pendidikan keluarga di antaranya adalah aktualisasi fitrah tauhid dalam 1.000 awal hari kehidupan, lalu memberikan asi eksklusif selama enam bulan, juga adanya kedekatan fisik, psikis dan spiritual saat seorang ibu memberi asi pada bayinya,” urainya.
Oleh karena itu seorang ibu sangat dibutuhkan perannya dalam keluarga terutama dalam perkembangan pendidikan anaknya.
Selanjutnya dalam kesempatan kali ini Muyasaroh juga membahas masalah donor ASI.
“Berdasarkan hadits-hadits yang ada, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah melalui fatwanya menyebutkan bahwa donor ASI yang menyebabkan hubungan mahram adalah ketika bayi menyusu selama lima kali,” terangnya.
Selanjutnya Muyasaroh membahas lebih luas peran perempuan. Menurutnya, di samping peran domestik, ada banyak peran publik yang bisa dijalankan oleh perempuan.
“Ada peran perempuan di dunia publik, di antaranya dalam beramal shalih, berdakwah, kepemimpinan, berorganisasi, pengembangan profesi, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi,” paparnya.
Ia mengungkapkan peran perempuan di dunia publik sejalan dengan semangat al-Quran. Misalnya dalam kepemimpinan, ada banyak kisah kepemimpinan perempuan yang disebutkan dalam al-Qur’an. Di antaranya kisah Maryam binti ‘Imran dan Ratu Balqis.
“Dalam sejarahnya juga banyak perempuan-perempuan yang memiliki peran penting di era kenabian. Ada Khadijah RA yang merupakan pengusaha sukses sekaligus pendukung dakwah Rasulullah, Aisyah RA yang energik dan pintar, Umu Salamah, Zainab binti Jahsyi, Juwairiyah, dan lain-lain,” urainya.
Di era klasik pun banyak perempuan yang telah menggoreskan sejarahnya. Yang terkenal di antaranya adalah Rabiah al-Adawiyah.
“Jadi sejak zaman dahulu perempuan itu sudah menunjukkan perannya, baik di dunia domestik maupun publik. Baik dalam mendidik keluarga maupun masyarakat secara luas,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni