Pura-Pura Tak Mampu Berkurban, Cinta Allah Vs Cinta Dunia; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Benarkah kita mencintai Allah lebih dari yang lainnya? Demikian pertanyaan menggelitik itu Muhammad Jamaludin Ahmad SPsi Psikolog lontarkan kepada lebih dari seribu jamaah Shalat Idul Adha yang hadir di lapangan Gresik Kota Baru (GKB) Convex, Sabtu (9/7/22) pagi.
Sang khatib yang kini menjabat Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu lantas menyindir, “Tidakkah dalam kenyataannya kita lebih mencintai sebatang rokok, secangkir kopi, dibanding cinta kita kepada Allah yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta?”
Lagi-lagi dia menggelitik, “Apakah kita baru bersungguh-sungguh mencintai Allah pada saat pangkat dan jabatan kita tidak bersinar lagi alias pensiun? Atau kita baru bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah pada saat usaha kita sudah bangkrut, atau ketika tubuh kita sudah rapuh, tertatih-tatih ketika berjalan, dan sakit-sakitan serta tidak ada lagi yang dibanggakan?”
Demikian pertanyaan demi pertanyaan dia lontarkan, sebab dia menekankan, selain memiliki tujuan utama membentuk pribadi takwa dan melahirkan hikmah pentingnya nilai takwa dalam kehidupan manusia, Idul Adha juga membuktikan kecintaan kita kepada Allah dan Muhammad melebihi segala macam cinta dalam hidup ini.
“Disadari atau tidak, kita sering menomorduakan Allah. Yang nomor satu harta, jabatan, partai politik kita,” ungkapnya.
Oleh karena itulah, kata Jamal—sapaannya—Allah SWT mengingatkan dalam at-Taubah ayat 24.
“Katakanlah, jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
Baca sambungan di halaman 2: Cinta Dunia Vs Allah