Kisah Keluarga Nabi Ibrahim adalah Pena Peradaban; Oleh Abu Darda, Dosen Fakultas Tarbiyah Unida Gontor, komunikasi bisa ke abudarda@unida.gontor.ac.id
PWMU.CO – Di Idul Adha, ada tanya yang menyeruak: Sesungguhnya Allah telah, sedang, dan akan mengajarkan apa kepada kita?
Terkait hal ini, ada dua ayat di al-‘Alaq: “Allama bi al-qalam; allama al-insana ma lam ya’lam”. Bahwa, Allah mengajari manusia dengan pena; mengajari apa-apa yang belum diketahuinya.
Al-qalam atau pena, adalah alat atau perantara agar kita dapat membaca peradaban. Dalam konteks sejarah keimanan umat terdahulu, kisah keluarga Nabi Ibrahim AS merupakan “al-kalam” atau pena, yang menorehkan garis-garis peradaban dalam kisah perjuangan tauhid.
Dialog Menggetarkan
Keluarga Ibrahim meletakkan prinsip ketaatan kepada Allah di atas pandangan kemanusiaan. Hal ini bisa terlihat, pada fragmen berikut ini.
Alkisah, Ibrahim AS harus meninggalkan Siti Hajar sendirian di lembah Makkah yang kala itu tidak berpohon dan tidak berpenghuni. Di bagian ini, awalnya tidak ada satu pun manusia yang paham. Tidak Hajar, tidak pula Ibrahim!
Hanya saja, sesungguhnya, di saat itu sedang terjadi proses pembangunan peradaban manusia berdasarkan tauhid; Tiada Tuhan selain Allah.
“Wahai Ibrahim,” panggil Hajar. Sementara, sang suami terus melangkah cepat ke depan, tanpa menoleh sedikitpun.
“Wahai Ibrahim,” kembali Hajar memanggil sang suami.
Tetap saja Ibrahim tidak berhenti. Malah, sang suami mempercepat langkahnya.
“Wahai Ibrahim, apakah ini adalah perintah Tuhan,” tanya Hajar.
Kali ini, Ibrahim berhenti. Menoleh, sebentar.
“Benar, ini adalah perintah Allah,” tegas Ibrahim.
Selanjutnya, Ibrahim kembali melangkah pasti. Sambil berjalan, dia lafalkan doa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya aku menempatkan sebagian anak keturunanku di lembah yang tidak berpohon, di sisi rumah-Mu (ka’bah) yang terhormat; Wahai Tuhan kami, jadikanlah mereka mendirikan shalat; lalu hati orang-orang cenderung/ sayang kepada mereka, berilah mereka rizqi buah-buahan, agar mereka bersyukur” (Ibrahim 37).
Baca sambungan di halaman 2: Binar Ikhtiar