Muhasabah
Nur lantas menampilkan video animasi. Kali ini, pria yang aktif menulis sejak tahun 1970-an itu mengajak para peserta ber-muhasabah. “Mari muhasabah, kita bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa,” ujarnya.
Tulisan demi tulisan menyentil pun bergantian muncul di layar hitam, mengiringi ilustrasinya. Berikut beberapa di antaranya.
“Jangan bangga dengan pakaian mahalmu karena pakaian terakhirmu adalah kain kafan.”
“Jangan angkuh dengan rumahmu yang mewah karena rumah terakhirmu kuburan.”
“Jangan angkuh dengan kendaraan mewahmu karena kendaraan terakhirmu adalah keranda mayat.”
Terakhir, muncullah narasi, “Kita bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa.”
Simbol Matahari
Di kesempatan yang sama, Nur juga mengingatkan tiga makna simbol matahari di lambang Muhammadiyah. Pertama, mencerahkan. “Dai komunitas harus mencerahkan! Bisa mencerahkan kalau dia sendiri cerah. Kalau nelangsa, tidak bisa mencerahkan, bolak-balik sambat,” terang penulis buku Sang Penggoda itu.
Kedua, semangat memberi dan tak harap kembali. Dia pun mengaitkannya dengan kehadiran mereka di sana yang ikhlas tanpa mengharap sangu. “Itu nilainya kalau tidak pakai sangu, 200 itu dikali 10, dikali 70,” ujarnya kepada peserta yang dia yakin mereka sudah paham teorinya.
Ketiga, istikamah atau tidak gampang berubah. “Matahari kalau cerah, mendung, dan hujan, tetap terbit dari barat ke timur. Kalau bapak ibu hidupnya mendung, tetap istikamah!” tuturnya. (*)