Lilis Ernawati, Kepala TK Aisyiyah yang Cinta PGRI Hingga Ujung Hayat. Liputan Nely Izzatul, Kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Jumat siang menjelang sore saat itu (9/9/2022) cuaca tampak tenang. Tidak terlalu panas, juga tidak hujan. Ibu-ibu Aisyiyah dan kader Nasyiatul Aisyiyah Ranting Mencorek satu persatu ber duyun untuk mengikuti kegiatan anjangsana.
Anjangsana atau kunjungan silaturahmi pada Jumat itu berlangsung di kediaman Ketua PRA Mencorek, Ummu Syaroh. Ini merupakan program rutin bulanan yang digelar Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Mencorek, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dan dilaksanakan secara bergiliran.
Berbeda dengan biasanya, sore itu anjangsana dipenuhi linangan air mata. Kader Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah masih menyimpan duka. Mereka semua masih terisak mengenang kepergian Lilis Ernawati, Kepala TK Aisyiyah Bustanul Athfal 60 Mencorek, untuk selamanya.
Innaa lillaahi wa inna ilaihi raji’uun. Semua masih tidak menyangka bahwa kepala TK Aisyiyah yang telah mengabdi selama 33 tahun itu akan cepat berpulang. Kamis, 25 Agustus 2022 sekitar pukul 00.00 WIB dini hari, Lilis Ernawati menghembuskan nafas terakhir.
Ingatkan Rekan Guru agar Berseragam PGRI
Kepada PWMU.CO, Heni Astutik, adik bungsu Lilis Ernawati, menceritakan, kepergian saudaranya itu terbilang sangat cepat. Ia pun tidak pernah menyangka jika mudiknya ke Lamongan justru akan menjadi saksi kepergian kakaknya itu untuk selamanya.
“Saya waktu masih di Jember itu memang selalu ditanya. Dek kapan ke sini? Ndang mrene to. Pokoknya hari raya Idul Adha harus ke sini. Tak jawab ya Insya Allah yuk. Akhirnya, alhamdulillah pas hari Arafah itu saya mudik (ke Lamongan),” tutur Heni.
Heni mengaku, Hari Rabu pagi, (24/8/2022) sehari sebelum wafat, Lilis Ernawati masih mengajar seperti biasa. Bahkan akhir-akhir ini terlihat sangat bersemangat dan bahagia.
“Rabu sore itu juga dengan sangat ceria mencoba seragam PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Seragam itu dicoba-coba terus, karena sebelumnya kekecilan, lalu sudah dipermak. Malam harinya bikin status WA, mengingatkan guru-guru kalau besok tanggal 25 waktunya mengenakan seragam PGRI,” katanya.
Memang benar. Pukul 18.41 WIB, Lilis Ernawati mengupload foto seragam PGRI di status WhatsAppnya. Foto itu diberi keterangan Besok tanggal 25, Jangan lupa batik PGRI. Dia juga mengingatkan kepada rekan-rekan mengajarnya di grup WA, agar hari Kamis tanggal 25 itu semua guru mengenakan seragam PGRI.
Meninggal Mendadak Bermula Sesak Nafas
“Sekitar pukul 23.29 WIB, yuk Lis mengirim WA ke saya. Bilang kalau lagi sesak nafas, minta tolong dipijit. Saya bergegas ke rumahnya, memijit, juga sempat saya berikan air hangat. Suaranya sudah sangat kecil, bernafasnya pun sangat berat,” tutur Yuk Hen, sapaan akrab Heni.
Sesak itu semakin lama ternyata tak kunjung reda. Lilis meminta agar suaminya dibangunkan, dia juga meminta Heni untuk memanggilkan Bapak RT, Abdul Basith, agar Pak RT mengantarkannya ke Rumah Sakit Abdurahman Syamsuri (RS Arsy) Paciran.
“Semakin lama kok semakin parah, dek. Di tengah sesaknya itu, Yuk Lis saya tuntun berkali-kali untuk menyebut asma Allah. Yuk Lis semakin lemes, bahkan sempat pingsan. Segera Pak Basith mengantarkan menuju RS Arsy, namun baru sekitar 5 menit, mobil kembali. Katanya sampai Masjid, Yuk Lis sudah tidak ada,” kenang Heni dengan suara serak.
Menurut Heni, kepergian Lilis Ernawati memang mendadak dan mengagetkan banyak pihak. Karena, hari-hari sebelumnya dia terlihat sehat. Bahkan Lilis juga sempat meminta kepada suami Heni untuk merenovasi depan rumahnya agar diberi kolam ikan dan dijadikan taman.
“Hanya sekitar 30 menit, dari muncul sesak nafas sampai ke meninggalnya. Sangat mendadak dek. Permintaannya sudah dikabulkan suami saya untuk dibuatkan taman depan rumah. Mohon maaf ya dek, kalau Bu Lilis punya salah,” kata Heni kepada PWMU.CO, Rabu (7/9/2022).
Sehari Sebelumnya Masih Mengajar
Sementara itu, Yuha A’yunina, salah satu rekan mengajar di TK Aisyiyah 60 Mencorek dan juga keponakan Lilis Ernawati mengaku sampai hari ini belum percaya jika bibinya itu telah tiada.
“Rasanya aku belum siap di TK tanpa Bu Lilis, Mbak. Biasanya, setiap pagi kami berdua yang selalu datang lebih awal untuk menyambut anak didik. Apalagi Hari Rabu itu kami masih bersama di sekolah. Rasanya masih tidak percaya,” ucapnya.
Nina mengaku tidak dipamiti apapun, dan tidak mendapatkan firasat apapun kalau Lilis Ernawati akan meninggalkan TK Aisyiyah, guru-guru serta anak didik untuk selamanya.
“Rabu pagi itu masih mengajar seperti biasa. Setelah mengajar, saat anak-anak sudah pulang, Bu Lilis duduk di ayunan, sambil bilang ke saya tumbas bakso Bu Nin, kelihatannya kok seger, tapi saya nggak mau pentolnya. Ya sudah, nanti pentolnya tak kasihkan anak-anak kecil itu,” ucap Nina menirukan Lilis Ernawati.
Atas permintaan itu, Yuha Ayunina pun membelikan bakso untuk dimakan bersama-sama. Mereka menikmati bakso di depan kelas sambil menghadap ke selatan. Semua terjadi secara normal. Sehingga Nina pun masih shock saat mendengar kabar bahwa dini hari itu Lilis telah meninggal.
“Sungguh semua ini rasanya seperti mimpi. Saya mencoba mengingat-ingat, barangkali Bu Lilis sempat berpamitan atau berpesan kepada saya, tapi rasanya pun tidak ada. Malah saya merasa, dua hari terakhir Bu Lilis sehat dan ceria, tapi itu saya batin sendiri. Karena biasanya kalau sakit sangat kelihatan,” kata Nina.
33 Tahun Bertahan dalam Pengabdian
Lilis Ernawati menjadi guru di TK Aisyiyah atau Aisyiyah Bustanul Athfal 60 Mencorek sejak 10 Oktober 1989. Meskipun dengan honor yang sangat kecil, ia tetap bertahan dalam pengabdian.
Kecintaannya terhadap TK Aisyiyah tak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan jika dianalogikan, dia lebih mencintai TK dari pada rumahnya sendiri. Setiap apapun yang rusak di TK akan segera ia perbaiki, tapi belum tentu dengan rumahnya sendiri.
Kecintaannya terhadap profesi mengajar pun tak bisa diragukan. Hal ini terbukti, menjelang tutup usia pun ia masih sempat berpesan kepada rekan mengajar untuk memakai baju PGRI. Meskipun ia sendiri belum sempat memakainya, namun justru kain kafan yang menjadi seragamnya tepat di tanggal 25 Agustus 2022.
Sayangnya, hingga akhir hayatnya pun, Lilis Ernawati belum pernah merasakan program impassing ataupun sertifikasi dari pemerintah. Meskipun ia telah mengabdi 33 tahun lamanya.
Perempuan kelahiran Lamongan 19 Februari 1972 itu meninggalkan seorang suami, tanpa meninggalkan anak. Beberapa kali sempat hamil namun Allah memiliki rencana yang lebih indah. Berkali-kali ia mengalami keguguran. Pernah dua kali melahirkan, namun dua anaknya itu pun meninggal tidak berselang lama setelah dilahirkan.
Allaahummaghfirlahaa, warhamhaa, wa ‘aafihaa, wa’fu’anhaa. Sugeng tindak Bu Lilis Ernawati. Semoga Allah memberikan balasan surga atas setiap tetesan ilmu yang engkau curahkan untuk mencerdaskan anak bangsa.
Selamat Jalan Bu. Selamat bersenang-senang bersama bidadarimu yang siap menyambut di alam keabadian. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni