PWMU.CO– Wisuda Unmuh Jember berlangsung dalam Rapat Terbuka Senat Universitas, Sabtu (24/9/2022).
Wisuda diikuti 653 lulusan Magister (S2), Sarjana (S1), dan Diploma (D3) pada Semester Genap 2021/2022. Wisuda Unmuh Jember ini dihadiri oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Thohir Luth dan Pemerintah Kabupaten Lumajang.
Sedangkan Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Chairil Anwar hadir secara online.
Dalam ceramahnya Prof Thohir Luth menyampaikan pesan kepada wisudawan ada dua sifat yang harus dimiliki oleh akademisi. Pertama, learning by knowledge, mahasiswa dididik untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan yang melatih kecerdasan dan kecekatan kita untuk memperbaiki kebutuhan global.
Kedua, change of attitude. Mahasiswa mendapat ilmu al-Islam dan Kemuhammadiyahan untuk membentuk pribadi yang baik, bermartabat, dan berintegritas.
”Apa artinya ilmu yang tinggi tanpa ada iman yang tinggi,” tutur Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unmuh Jember itu.
Sementara Prof Chairil Anwar mengatakan, akademisi telah disiapkan dengan sebaiknya selama menimba ilmu di perguruan tinggi untuk bekal terjun ke masyarakat.
”Kalian harus siap menghadapi tantangan global salah satunya kondisi ekonomi yang belum stabil akibat pandemi Covid-19,” katanya.
Sebagai lulusan Universitas Muhammadiyah Jember, para wisudawan dan semua orangtua yang hadir patut berbangga karena Unmuh Jember meraih predikat top 10 Perguruan Tinggi Muhammadiyah terbaik se-Indonesia dari 172 PTM di Indonesia.
Dari hal ini pula, sambung dia, Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Unmuh Jember atas dedikasinya menghidup-hidupi Muhammadiyah. ”Jangan ragu untuk mengabarkan kepada masyarakat bahwa Unmuh Jember memiliki kualitas yang baik,” ujarnya.
Lulusan Terbaik
Dari 653 wisudawan ini, ada cerita haru dari salah satu wisudawati peraih IPK tertinggi program Magister. Namnya Melur Tri Swastika. Mahasiswa Pascasarjana peraih IPK 4,00 itu saat menyelesaikan tesis ibunya wafat.
”Saat saya sangat butuh support dan nasihatnya, ibu saya meninggal dunia,” tuturnya. Dalam kesedihan itu, ia bertekad menyelesaikan studi lebih cepat dan membanggakan orangtua.
Namun sayang setelah lulus ibunya tak bisa ikut menyaksikan wisudanya. ”Padahal ibu ingin sekali dan waktu itu saya berjanji mempercepat selesaikan tesis supaya keinginan itu terpenuhi,” cerita wanita asal Situbondo tersebut.
Melur mengungkapkan, studi S2-nya atas dorongan ibunya yang menginginkan anaknya menjadi pendidik seperti dirinya. Dia harus berusaha keras membagi waktu kuliah dan bekerja.
Kontributor Disa Yulistian Editor Sugeng Purwanto