PWMU.CO– Wanita bercadar menerobos Istana yang disebut sebagai aksi terorisme sepertinya punya pola permainan sama seperti kejadian sebelumnya.
Hal itu dikatakan oleh Din Syamsuddin dalam rilisnya yang diterima PWMU.CO, Rabu (26/10/2022) siang.
“Saya terpaksa ikut nimbrung menanggapi peristiwa seorang wanita bercadar masuk ke halaman istana dan mengacungkan pistol kepada petugas karena berita tentang peristiwa itu bernada stigmatisasi terhadap Islam,” kata Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015.
Menurut dia, sebenarnya sejak ada pernyataan Istana, melalui Kantor Staf Presiden bahwa jelang 2024 radikalisme keagamaan meningkat, Din sudah menduga akan ada peristiwa percontohan sebagaimana pada masa-masa lalu.
“Pernyataan tersebut saya anggap sebagai self fulfilling prophecy atau perkabaran tentang sesuatu yang bakal terjadi. Kemudian benar terjadi apa yang telah terjadi,” tutur mantan Ketua Dewan Pembina MUI ini.
Sebenarnya gampang untuk menyimpulkan apa yang sesungguhnya terjadi, kata Din. Selain mengamati cara menangani kejadian dan pernyataan pertama yang mengemuka, juga perlakukan saja pelaku sebagai pelanggar hukum.
“Kita menunggu apakah pelakunya diajukan ke meja pengadilan, atau sebagaimana sering terjadi dia dianggap sebagai orang gila,” tandasnya.
Agar kita tidak ikut gila, maka Din menganjurkan kepada masyarakat, khususnya umat Islam agar tidak perlu menanggapi peristiwa tersebut. Cukup mengikutinya dengan tersenyum, sambil menanti lakon-lakon berikutnya.
Seperti diberitakan wanita bercadar dikabarkan menerobos jalan depan Istana yang diportal. Dia ditangkap Polantas dan anggota Paspampres, Selasa 25 Oktober 2022 pagi. Katanya dia bawa pistol. Katanya juga pistol rakitan tidak berpeluru.
Ada yang menduga perempuan tersebut depresi atau gangguan jiwa. Saat ini sedang diteliti kebenarannya oleh psikiater.
Wanita itu bernama Siti Erlina (24) warga Jalan Syawal Raya, Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara. Polisi sudah mendatangi rumah dan keluarganya.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 07.00. Saat itu polisi tugas rutin menjaga dan mengatur di sekitar Istana Presiden atau Pos Bandung 1. Lalu ada perempuan berjalan kaki dari Harmoni menuju ke Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Saat di pintu masuk Istana, perempuan itu menghampiri anggota Paspampres yang sedang siaga. Tiba-tiba dia menodongkan senjata api jenis FN.
Anggota Satgatur, Aiptu Hermawan, Briptu Krismanto, dan Bripda Yuda, dengan sigap mengamankan perempuan itu. Pistol langsung diambil.
Editor Sugeng Purwanto