Meski di Luar Stadion, Jadi Penggembira Muktamar adalah Kebanggaan, Catatan Suprapto, penggembira dari Bojonegoro
PWMU.CO – Puncak kedatangan penggembira Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah terjadi pada Jumat (18/11/2022). Ribuan penggembira masih tertahan di Terminal Kartasura, Solo, hingga Sabtu siang.
Penggembira tidak mempunyai hak suara, tidak ada hak memilih atau dipilih. Mereka cukup menjadi penonton saat upacara pembukaan. Tidak bisa masuk stadion tempat pembukaan digelar. Cukup puas memadati halaman stadion atau memenuhi jalan-jalan protokol, atau jalan gang atau bahkan di tempat-tempat wisata dan tempat kuliner di kota Solo ini.
Yang menjadi pertanyaan adalah, siapa penggembira muktamar itu? Penggembira muktamar adalah anggota dan simpatisan Muhammadiyah. Sebagian dari penggembira itu tidak lain adalah aktivis Muhammadiyah di daerahnya dan duduk dalam struktur kepemimpinan Muhammadiyah. Namun kedatangannya ke lokasi muktamar tidak mengatasnamakan sebagai pimpinan. Mereka hadir di arena muktamar sebagai warga Muhammadiyah.
Penggembira datang dari seluruh pelosok negeri. Bahkan ada pula yang sengaja datang dari luar negeri. Mereka rata-rata rela merogoh kocek sendiri untuk bisa hadir di lokasi muktamar. Mengumpulkan dana patungan dan nyewa bus atau mobil, ada juga yang bawa mobil pribadi pergi bersama keluarga, atau bawa naik sepeda motor touring, bahkan ada yang naik sepeda onthel.
Salah satu penggembira dari Sulawesi yang enggan disebut namanya menyampaikan dia bersama keluarga telah sampai di sini sejak empat hari yang lalu. Dia rela meninggalkan pekerjaan usaha di rumah dan ikhlas merogoh kocek puluhan juta demi bertemu dengan sauadara-saudara persyarikatan.
Kajian Sor Keres
Berbagai kelompok komunitas juga datang di arena muktamar. Dari Bojonegoro Jawa Timur, komunitas kajian yang menamakan dirinya dengan Kajian Sor Keres (KSK) berkesempatan hadir.
Ketua KSK Bojonegoro Dry Subagyo menyampaikan menjaga Muhammadiyah bisa dengan berbagai macam cara sesuai dengan kemampuan masing-masing. Salah satunya adalah mendukung kegiatan-kegiatan Muhammdiyah. Kehadiran pada saat Muktamar Muhammadiyah merupakan dukungan bagi keberlangsungan Muhammadiyah.
“Kehadiran penggembira dalam arena muktamar menjadi sangat penting dalam rangka menunjukan kebesaran Muhammadiyah. Kehadiran penggembira semakin memberikan semangat muktamirin untuk memberikan yang terbaik tidak hanya untuk Muhammadiyah tapi untuk bangsa dan dunia,” terangnya.
Saat dikonfirmasi melalui telepon, dia mengatakan rombongan KSK yang diwakili 12 anggotanya meluncur ke Kota Solo pukul 08.00 dari markas KSK di Warung Bu Tyo menggunakan Kendaraan Hiace. Rencananya setelah dari arena Muktamar di Solo, KSK juga berziarah ke makam Pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta.
Penggembira Tetap Bangga
Apapun kondisinya mereka yang datang di arena muktamar tetap disebut dengan istilah penggembira. Mereka datang terkadang menjumpai kondisi yang letih dan payah ditambah galau karena tidak bisa sampai ke lokasi muktamar karena kondisi jalanan yang macet parah.
Hasil pantauan di Terminal Kartasura hingga siang ada yang belum bisa terangkut bus Trans Solo yang telah disiapkan Pemkot Solo. Sementara acara pembukaan telah selesai. Gembira dan menggembirakan adalah semangat yang tertanam dalam jiwa penggembira.
Gembira untuk masing-masing diri dan menggembirakan bagi saudara lain. Gembira karena mereka bisa berwisata, berjumpa dengan jutaan saudara yang meskipun terkadang tidak kenal tetapi terasa sehati karena diikat oleh persyarikatan. Bila beruntung bisa menyaksikan gelar acara pembukaan yang digelar megah secara langsung.
Bergembira karena mereka membawa oleh-oleh meskipun hanya sebuah cerita pengalaman mengikuti even nasional atau pernak-pernik barang khas Muktamar untuk sanak keluarga, tetangga, dan karib kerabat yang berhalangan ikut hadir.
Selamat bertemu kembali pada lima tahun yang akan datang. Tetap bergembira para penggembira semoga diberi umur panjang. Bagi para muktamirin selamat bermuktamar. Selamat dan Sukses Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah, Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.