PWMU.CO – Sebagai upaya untuk menumbuhkan kesadaran politik di kalangan pelajar, SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda) bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sidoarjo menggelar sosialisasi pemilih pemula, di aula Ki Bagus Hadikusumo SMAMDA, Kamis (30/3).
Hadir sebagai narasumber Komisioner KPU Sidoarjo Devisi Perencanaan dan Data Abdillah Adhi SE. Dalam kesempatan itu Adhi menjelaskan, pemilih pemula biasanya memiliki karakteristik yang berbeda dengan orangtua. Karena pemilih pemula cenderung lebih kritis, mandiri, indenpenden, dan pro pada perubahan.
(Baca: Ini Perbedaan Sistem Pemilu di Indonesia dan Amerika Menurut Konjen AS)
”Sebagai pemilih pemula, para pelajar diharapkan bisa menjadi partisipan yang aktif di pemilu. Pelajar juga diharapkan bisa menjadi pemilih cerdas dan kritis dalam setiap penyelenggaraan pemilu,” ujarnya.
Pria kelahiran Surabaya, 25 Februari 1975 ini lantas menjelaskan dalam sistem demokrasi, partisipasi politik masyarakat melalui penggunaan hak pilih dalam pemilu merupakan hal yang penting. Karena keberhasilan pemilu dan kualitas pemilu akan sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi aktif masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya.
Maka dari itu, lanjut Adhi para pelajar yang notabene belum mempunyai pengalaman dalam Pilkada perlu diberi bekal akan pentingnya arti Pemilu. Sehingga para pemilih pemula bisa menggunakan hak pilihnya dengan baik dan bijak.
(Baca juga: Belajar Pemilu, Praktikkan pada Pemilihan Ketua IPM)
”Jangan sampai pesta demokrasi ini diterima oleh para pemilih pemula sebagai suatu kepasrahan, apatis dan tidak peduli. Karena corak politik masa depan akan dipengaruhi oleh perilaku politik pemilih pemula,” ujarnya.
Antusias dari peserta pun terlihat cukup tinggi. Salah satunya datang dari Niswatul Hikmah. Peserta sosialisasi pemilih pemula ini menuturkan kegiatan tersebut merupakan terobosan yang dilakukan oleh sekolah. Karena dapat memberikan pemahaman tentang Pemilu yang baik dan benar. Selain itu, mampu meningkatkan pengetahuan secara umum tentang hak-hak warga negara di alam demokrasi.
”Kami jadi tahu bahwa aspirasi rakyat itu penting sebagai bentuk kedaulatan rakyat, selain itu kami juga tahu, ternyata suara kami dalam pemilu itu tidak bisa dibeli dengan seberapapun besarnya nominal uang,” ungkap siswa XII IBB ini. (hanafi/aan)