
Ada Sesi Berbicara dengan Diri Sendiri di Pelatihan DLP Ini; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Di Development Leadership Program (DLP) yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB Gresik, peserta menjalani sesi pelatihan bertema ‘Personal Discoveries’.
Sesi ini terdiri dari dua tahap, yakni self discovery (berbicara dengan diri sendiri) dan self openness (membuka diri). Seluruh peserta mengikutinya di Aula Wisnu Kencana Royal Trawas Hotel and Cottage., Mojokerto, Jawa Timur.
Pada sesi pertama, Lucki meminta peserta menuliskan kelebihan dan kekurangan dirinya masing-masing sebanyak mungkin di tabel lembar kerja yang tersedia. Di tahap inilah saatnya peserta berbicara dengan dirinya sendiri untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dirinya.
Selanjutnya, untuk mengenalkan konsep ‘Johari Window’, Coach Drs Lucki Lukmanulhakim SPsi MM Psikolog langsung menggambar satu kotak besar di papan tulis. Lucki–sapaan akrabnya–lantas membaginya menjadi empat bagian.
Pada bagian pertama, Lucki menyebutnya sebagai area terbuka. Area ini berisi hal-hal yang dirinya sendiri maupun orang lain ketahui tentang diri seseorang. Dia mencontohkan, “Saya trainer Aksi. Saya tahu, anda juga tahu.”
Kemudian bagian samping kanannya, Lucki menyebut sebagai area tertutup atau rahasia. “Saya tahu, tapi orang lain tidak tahu,” ungkapnya. Contohnya, jumlah anaknya termasuk informasi rahasia di mana para peserta pelatihan pagi itu tidak ada yang mengetahuinya.
Bagian ketiga, kotak di bawah area terbuka, ada area blind. “Ada sisi yang saya tidak tahu, tapi orang lain tahu,” ujarnya. Misal, seorang peserta menyampaikan ada seekor binatang kecil yang menempel di punggungnya.
Bagian terakhir, kotak pojok kanan bawah, area misteri. “Sisi yang saya dan orang lain sama-sama tidak tahu,” imbuhnya.
Sesi Menyingkap Diri
Setelah mengenalkan empat bagian dalam model ‘Johari Window’, Lucki meminta peserta menuliskan kelebihan dan kekurangan teman-teman sekelompoknya di tabel lembar kerja berikutnya. Kegiatan ini mengantarkan peserta pada tahap self openness. Yakni membuka diri terhadap apa yang orang lain tahu sedangkan mungkin diri sendiri belum menyadarinya.
Sebab, hasilnya boleh ditunjukkan ke teman sekelompoknya itu. Sehingga para peserta mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri berdasarkan pandangan teman-temannya.
Hal ini menimbulkan rasa sungkan pada sebagian peserta. Salah satunya Agus Suprayitno SPd, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik. Dia mendapat giliran pertama menyampaikan hasil penilaiannya terhadap Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi.
“Ya Ustad Ari, ada banyak kelebihan, saya tidak perlu meminta maaf. Kalau untuk kekurangan, saya mohon maaf,” ujarnya. Agus, sapaan akrabnya, lantas menyebutkan kelebihan Ari yakni ramah dan kaya ide yang bisa diaplikasikan. Sedangkan kekurangannya ialah suka bercanda. Ucapan terima kasih Ari sampaikan usai mendengar penilaian Agus.
Anggota kelompok lainnya pun bergantian menyampaikan hasil penilaiannya dan dinilai rekan kelompoknya. Setelah semua telah mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya masing-masing berdasarkan penilaiannya sendiri maupun orang lain, Lucki melanjutkan penjelasannya.
Trik Meluaskan Area Terbuka
Lucki menerangkan, “Semakin kita mengenal orang dan dikenal orang, kita semakin bebas, nyaman, dan leluasa berinteraksi dengannya. Karena kita bisa mengantisipasi mengapa perilaku itu dia tampilkan.”
Tantangannya, bagaimana cara memperluas area terbuka? Menjawab pertanyaan besar itu, Lucki menjelaskan dua cara.
Pertama, menggeser garis vertikal ke kanan. Tujuannya, area rahasia semakin sempit. “Ada hal yang selama ini kita tahu dan orang belum tahu, itu anda sampaikan! Tunjukkan!” tuturnya.
Di area rahasia ini ada dua hal, positif dan negatif. “Yang positif-positif dikenalkan. Karakter kelebihan yang positif ditunjukkan ke lingkungan di sekitar kita sehingga mereka tahu,” ungkapnya. Teknik ini, kata Lucki, disebut self disclosure atau menyingkapkan diri.
Teknik kedua, menurunkan garis horizontal. Berarti mempersempit area blind sehingga area terbuka lebih luas. “Sesuatu yang orang lain tahu tapi kita tidak tahu itu bisa kita ketahui dengan dua cara,” imbuhnya.
Dia lantas menyebutkan dua teknik openness alias membuka diri. Pertama, bisa tiba-tiba, tanpa kita minta, orang lain memberi masukan. “Kamu jangan gitu, dia sakit hati karena kamu ngomong gitu,” contoh Lucki.
Kedua, secara sadar membuka diri alias inisiatif mencari informasi tentang diri sendiri yang belum diketahui. Akhirnya Lucki mencontohkan, “Mbak, ada waktu? Saya mau ngobrol. Kalau mbak amati, apa yang perlu saya perbaiki? Misal dalam hal saya berinteraksi dengan teman-teman.” (*)