PWMU.CO– Main wayang kulit di kelas terjadi di SD-MI Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan, Sabtu (11/2/23).
Kepala SD Muhammadiyah Suyatno mendadak jadi dalang. Penontonnya murid kelas 1 dan kelas 2 berjumlah 40 anak. Hari itu Ki Dalang Suyatno memakai surjan lurik warna coklat, blangkon, dan berkacamata hitam.
Diiringi suara musik langgam jawa karawitan, Ki Dalang Suyatno langsung beraksi. Dibuka dengan sabetan wayang dengan iringan gending yang rancak.
Lalu dia mengucap salam dan memperkenalan diri. Murid-murid jadi heboh melihat penampilannya yang berbeda dari kesehariannya. Lantas dia kenalkan alat musik yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit. Ada kenong, kendang, dan gong. Ada juga layar warna putih dan obor. Zaman sekarang obor sudah diganti lampu sorot.
Setelah itu dia mengenalkan tokoh wayang yang dibawa hari itu. Yaitu deretan tokoh punakawan. Seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.
Kali ini Ki Dalang Suyatno menceritakan lakon tentang keluarga terdiri dari ibu Cangik yang kurus dan putrinya Limbuk yang gendut dan besar.
Pesan moral yang disampaikan tentang anjuran berbakti pada orangtua, patuh pada guru, serta kerukunan antar teman.
Saat Suyatno memainkan aksi wayangnya, siswa tertawa. ”Dalangnya lucu. Pakai kaca mata hitam,” ujar Alfa, siswa kelas 2.
Ki Dalang Suyatno main wayang dibantu oleh Nurul, guru kelas 1, Lely, guru kelas 2, Maslika, fotografer, dan Akbar, operator. Kegiatan ini membuat suasana SD-MI Muhammadiyah Kota Pasuruan di Jl. Wahid Hasyim 9 No. 14 sontak ramai. Suara gamelan mengundang murid-murid kelas lain berkerumun di luar jendela ikut menyaksikan pertunjukan wayang.
Anak-anak terlihat antusias. Mereka juga mempraktikkan bermaina wayang. Mencoba menjadi dalang. Seperti Ahmad siswa yang dipilih menempati kursi dalang. Penampilannya juga nyentrik. Pakai blangkon dan kacamata hitam pinjam milik Pak Yatno. Bak Dalang Ki Manteb Sudarsono, dia menggerakkan sedang tarung.
Gaya Ahmad ini membuat teman-temannya berdesakan maju ingin pula menjadi dalang memainkan wayang. Secara bergantian semua siswa bisa memegang dan menggerakan wayang.
Sebelum acara berakhir Suyatno memberi pertanyaan pada siswa siapa tokoh-tokoh wayang yang tadi dimainkan. Setelah itu mengajak penonton menirukan gerakan senam.
Saat ditanya apakah anak-anak senang? Merekapun serempak menjawab,”Senang….” disertai tepuk tangan meriah bersama.
Kesan disampaikan guru Sahroni SPd. ”Saya senang dan bangga ada pembelajaran wayang. Apalagi anak saya yang ketiga sangat senang,” ujarnya.
Di akhir pertunjukan Suyatno menjelaskan, kegiatan ini sebagai upaya pengenalan warisan budaya Jawa kepada anak-anak. ”Saya ingin anak-anak familiar dengan budaya sendiri bukan dengan game online,” kata Pak Yatno, panggilan akrabnya.Sekitar pukul 10.30 pembelajaran diakhiri dengan foto bersama.
Penulis Bakhtiarin Perihatin Bakhri, Indah Sari Editor Sugeng Purwanto