Teladan Beraisyiyah, Begini Komitmen Nenek 75 Tahun; Liputan Kontributor PWMU.CO Surabaya Tri Eko Sulistiowati.
PWMU.CO – Mardiyah, tokoh Aisyiyah Kota Surabaya berusia 75 tahun terpilih menjadi salah satu dari sembilan anggota Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya periode 2022-2023. Dalam pemilihan e-voting, dia meraup 69 suara. Ini menempatkannya di posisi 7 peraih suara tertinggi, Ahad (26/2/2023).
Meski pada April 2023 mendatang Mardiyah genap berusia 76 tahun, namun semangatnya sebagai pimpinan dan tokoh Aisyiyah di Kota Pahlawan tetap membara. Nenek organisatoris yang tinggal di Jalan Balongsari Surabaya ini patut menjadi teladan warga Aisyiyah.
Saat PWMU.CO menemuinya pada Musyda ke-17 Aisyiyah Surabaya di Gedung At-Tauhid Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Mardiyah bertekad tetap istikamah ber-Aisyiyah hingga nyawanya lepas dari raga. Wanita kelahiran 9 april 1947 itu memang suka berorganisasi sejak muda. Istri almarhum Sumardi ini berdakwah di Aisyiyah selama 36 tahun.
Ibu dari pasangan Heri Mardyanto dan Nuke Dian Anggraeni ini sudah aktif berorganisasi sejak di Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah Genteng Surabaya. Dia lulus tahun 1958, kemudian mengikuti organisasi putri Muhammadiyah: Nasyiatul Aisyiyah.
Nenek dari tiga cucu berinisial H–yaitu Herdian, Herdanu, dan Herdito–ini mulai bergabung di Pelajar Islam Indonesia (PII) sejak lulus SMA. Kemudian saat kuliah di IKIP Jurusan Teknik Bangunan tahun 1965, Mardiyah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Usai menikah pada 1978, dia aktif di Aisyiyah Ranting Blauran, Cabang Genteng. Saat ini sudah tidak ada karenakan ada penggabungan perluasan wilayah. Alhasil sekarang hanya ada Pimpinan Aisyiyah Ranting Genteng.
Motif Utama
Dalam hal mobilisasi, Mardiyah mengalami berbagai masa alat tranportasi yang memudahkannya berdakwah dan berorganisasi sebagai putri Muhammadiyah. Pada 1978, alat transportasi yang tersedia di Surabaya ialah trem uap yang terminalnya di Jalan Arjuna, trem listrik di Jalan Tidar, serta bersepeda angin tanpa mengenal lelah.
“Pada saat itu, di Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surabaya ada 15-20 Cabang. Sekarang semakin berkembang luas dan susah menjangkaunya karena sudah ada 31 Cabang Aisyiyah di Kota Surabaya,” ungkapnya.
Motif utama mengapa Mardiyah masih semangat ber-Aisyiyah di usianya yang sudah senja ialah bisa bermanfaat untuk sesama dan panjang umur karena banyak yang mendoakan. “Ber-Aisyiyah itu sangat menyenangkan! Dengan berorganisasi, kita banyak teman,” tambahnya.
Mardiyah menjadi Wakil Sekretaris PCA Surabaya pada 1995. Kemudian pada 2005 ia menjabat Wakil Sekretaris PDA Kota Surabaya dan menjadi wakil perempuan Muhammadiyah perempuan di Muktamar Malang periode itu.
Wanit berkacamata itu menjabat Wakil Sekretaris PDA Kota Surabaya pada 2010. Pada tahun 2015, dialah peserta utusan PDA Kota Surabaya di Muktamar Makassar. Kini dia menjabat Wakil Ketua I Lembaga Kebudayaan PDA Surabaya.
Mardiyah menyatakan, “Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami, di usia yang hanya sebentar ini bisa membantu sesama dan bisa bermanfaat buat orang lain dalam berorganisasi Aisyiyah.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN