Syukur Bahan Baku Keluarga Bahagia

Suhadi Fadjaray saat menyampaikan materi dalam pengajian, Ahad (26/2/23) (Istimewa/PWMU.CO)

Syukur Bahan Baku Keluarga Bahagia, liputan kontributor PWMU.CO Sidaorjo Nana Liesdiana

PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Candi Sidoarjo Jawa Timur menyelenggarakan pengajian dengan tema Harmoni Cinta Keluarga, Bahagia Menuju ke Surga, Ahad (26/2/23).

Diikuti 24 Pimpinan Ranting Muhammadiyah se-Kecamatan Candi, pengajian ini dilaksanakan di Masjid Baitur Rozaq Desa Balongdowo dengan menghadirkan narasumber Suhadi Fadjaray.

Dalam materinya, dia mengajak jamaah untuk menjalin hubungan harmonis dalam keluarga agar mereka tidak menjadi musuh sesuai dengan Surat at-Taghabun ayat 14 dan anak-anak dididik agar menjadi penyejuk mata dalam Surat al-Furqan ayah 74.

“Dari survey terhadap kasus perceraian, didapati Jawa Timur memegang urutan pertama se-Indonesia dan Sidoarjo berada di urutan ke-4 se-Jawa Timur.”

Ini menandakan tingkat perceraian tinggi. Penyebab perceraian ada tiga hal yaitu ketidakharmonisan keluarga, tidak ada tanggung jawab, dan permasalahan ekonomi.

Dia menuturkan, dengan perceraian itu maka kehidupan anak-anak menjadi tidak terarah. Ditambah lagi mind set yang salah terhadap keberadaan anak muda. Selama ini yang digembar-gemborkan masa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, dan kenakalan.

“Pernyataan ini harus dihapuskan dari pemikiran kita. Ubah pemikiran kita dan sebarkan bahwa pemuda adalah inspirasi, kekuatan, kreativitas, ledakan ruhiyah, kesegaran, ketegaran, energik, karya besar, dan penopoang peradaban Islam.”

Keluarga Bahagia

Suhadi Fadjaray menjelaskan keluarga yang bahagia adalah keluarga yang pandai bersyukur karena bahagia itu bahan bakunya syukur.

“Dalam Surat Lukman ayat 12, Bersyukur akan memudahkan kita berkomunikasi dengan suami dan anak-anak. Siapa yang pandai bersyukur maka Allah akan menambah nikmatnya.”

Perlu direnungkan, tidak semua remaja putri bisa menjadi istri dan tidak semua istri bisa manjadi ibu. Tidak semua laki-laki bisa menjadi suami, tidak semua suami bisa menjadi ayah, dan tidak semua ayah dirindukan anak-anaknya.

“Mengapa anak-anak tidak merindukan? Karena mereka tidak disyukuri keberadaanya.”

Suami dan istri adalah dua karakter yang berbeda. Keduanya harus saling memahami. Perempuan cenderung nonlinear, bisa mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Laki-laki cenderung linear, hanya bisa konsentrasi pada satu pekerjaan.

Perempuan cenderung perasa sedangkan laki-laki cenderung realistis. Perempuan lebih mampu menggunakan bahasa perumpamaan, sedangkan laki-laki cenderung terus terang, jelas dan lugas. Maka bisa dimaklumi kalau perempuan lebih banyak kosa kata dari pada laki-laki.

Untuk menghadirkah keluarga yang harmonis, kita bisa mencontoh Rasulullah SAW. Diriwayatkan, suatu hari Rasulullah ingin minum dari gelas istrinya Aisyah RA. Beliau bertanya, “Ya Humaira (wahai pipi yang kemerahan), di manakah letak bibirmu saat minum dari gelas ini?” Aisyiyah menunjukkannya dan Rasulullah minum dari tempat bibir Aisyah minum sebelumnya. (*)

Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.

Exit mobile version