Diresmikan, PRM Junggo yang Terpencil di Kampung Terakhir Kaki Gunung Anjasmoro; Liputan Dr Syamsudin MAg, Wakil Ketua PWM Jatim.
PWMU.CO – Ahad, 1 Maret 2023, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur turba alias turun ke bawah bersilaturahmi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wonosalam, Jombang, di Dusun Junggo, Desa Wonosaam, Kecamatan Wonosalam, Kabupeten Jombang.
Junggo merupakan kawasan tertinggi atau kampung terakhir di kaki Gunung Anjasmoro, dengan ketinggian rata-rata 600-700 meter di atas permukaan air laut.
Kawasan Wonosalam yang terletak 35 kilometer sebelah tenggara Kabupaten Jombang ini salah satu penghasil durian terbesar di Jawa Timur. Setiap tahun di kecamatan ini diadakan tradisi Ken-Duren Wonosalam. Untuk sampai ke Junggo harus melewati medan yang berat, yang menantang andrenalin.
Didampingi jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jombang, Ketua PWM Jawa Timur Dr dr H Sukadiono MM meresmikan ranting baru di lingkungan PCM Wonosalam, yaitu Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Junggo. Peresmian ditandai dengan pelepasan kain penutup papan nama Masjid al-Huda.
“PRM ini merupakan ranting kedua di PCM Wonosalam. Ranting pertama ada di Desa Wonosalam,” demikian penjelasan Ketua PCM Wonosalam Gigih.
Karena terletak di kawasan tertinggi yang jarang dikunjungi orang, Junggo bisa dikatakan sebagai daerah terpencil yang terisolasi. Karena sangat terpencil, sampai-sampai ada kelakar dari kepala desa setempat: “Mudah-mudahan kawasan ini masih bagian dari NKRI.”
Sejak 1979
Dakwah Muhammadiyah di Dusun Junggo Wonosalam dimulai pada tahun 1979. Saat itu sepasang suami istri Pak Rambe dan Bu Rambe yang tinggal di Wonocolo Gang Lebar Surabaya mewakafkan tanah cukup luas yang ada di Desa Wonosalam—sekitar 2 hektar di atas dan 2700 meter di bawah.
Yang di bawah dibangun masjid dengan nama al-Huda. Saat itu jumlah penduduknya 15 KK. Sejalan dengan perkembangan zaman, sekarang sudah ada 40 KK. Dakwah Muhammadiyah yang berpusat di Masjid al-Huda, memperoleh support yang baik masyarakat. Mereka senang, karena ada tempat belajar mengaji dan bimbingan agama.
Ketua PRM Junggo Purwanto mengungkapkan, dakwah Muhammadiyah tidak semata-mata untuk warga Muhammadiyah, akan tetapi untuk semua lapisan masyarakat tanpa kecuali. Mereka memperoleh manfaat nyata dari dakwah ini. Setidaknya mereka bisa makan daging setiap hari raya kurban, buka bersama setiap bulan puasa, dan memperoleh santunan beras setiap Idul Fitri.
Masjid al-Huda sempat dikelola oleh pihak lain, yaitu antara tahun 2016 hingga tahun 2020. Namun dengan pendekatan yang persuasif akhirnya dikembalikan lagi ke Muhammadiyah.
Menurut Gigih eksistensi PRM di wilayah tersebut tidak lepas dari peran kepala desa (kades) setempat yang mendukung dakwah Muhammadiyah. Menurutnya Muhammadiyah adalah ormas legal, sehingga layak memperoleh perlindungan dan dukungan seperti ormas yang lainnya. “Termasuk pemasangan papan nama masjid, semula masyarakat kuatir ada gejolak. Namun Pak kades menjamin hal tersebut akan aman,” katanya.
Daerah Wonosalam bisa dikatakan sebagai sasaran dakwah prioritas. Ada praktik kristenisasi di wilayah tersebut. Hal ini bisa disimpulkan dari perbandingan tempat ibadah yang ada di Desa Wonosalam.
Terdapat 5 gereja dan 10 masjid. Dari 10 masjid, 2 masjid milik PRM Wonosalam. Dalam menjalankan dakwah pencerahan, PRM Wonosalam bekerja sama dengan pondok Pesantren Tarbiyah yang diasuh oleh Ustadz Rahmat—alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Ia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai penghulu di Kabupaten Sidoarjo demi dakwah ini. Ia memboyong keluarganya ke medan dakwah yang cukup berat. Dusun Junggo, Desa Wonosalam. Itulah kawasan tertinggi di kaki gunung Anjasmoro.
Di akhir turba, Sukadiono menyerahkan bantuan PWM Jatim untuk perbaikan Masjid al-Huda sebesar Rp 50 juta. Dia berjanji akan memberikan bantuan untuk tahapan berikutnya yang nominalnya lebih besar. (*)