PWMU.CO– Karakter STMJ disampaikan Drs H Yusuf Wibisono MSi dalam tabligh akbar Tarhib Ramadhan 1444 H diselenggarakan di Masjid Darussalam Wotgalih Yosowilangun Lumajang, Senin (20/3/2023).
Wakil Ketua PDM Lumajang bidang Tarjih, Haji, dan Umrah ini menjelaskan, ibadah Ramadhan harus membentuk pribadi dengan karakter STMJ. Artinya, pertama, syukur dan sabar.
”Ungkapan syukur secara sederhana ditandai dengan ucapan alhamdulillah setiap kali mendapatkan kenikmatan. Lebih dari itu dapat diwujudkan dengan meningkatkan ibadah,” katanya.
Tentang sabar, ia menjelaskan, ibadah shiyamu Ramadhan adalah ibadah yang melatih kita untuk sabar. Nilai kesabaran dapat terimplementasi dalam tiga hal. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah swt, sabar dalam upaya menjauhkan diri dari larangan Allah swt, dan sabar ketika menerima musibah.
Karakter kedua, adalah taat kepada Allah. Ibadah Ramadhan adalah sebuah ibadah yang membimbing kita untuk taat kepada Allah swt.
Ia menjelaskan, Ramadhan mengelompokkan umat Islam dalam tiga kelompok. Pertama, ramadhaniyyun, yaitu kelompok orang yang aktif melaksanakan berbagai ibadah di bulan Ramadhan tapi setelah Ramadhan berakhir, ibadahnya tidak berkelanjutan.
Kelompok kedua, rabbaniyyun, yaitu kelompok orang yang aktif melaksanakan berbagai ibadah Ramadhan dan setelah Ramadhan berakhir tetap semangat melaksanakan ibadah yang biasa dilaksanakan di bulan Ramadhan.
Kelompok ketiga, orang-orang yang tidak mendapatkan kemanfaatan dengan ibadah Ramadhan. Sebelum Ramadhan datang mereka aktif melaksanakan ibadah dan sesudah Ramadhan mereka tetap tidak aktif beribadah.
Lantas dia menjelaskan karakter ketiga, makruf. Kata makruf berasal dari kata al urf yang berarti adat kebiasaan yang diketahui masyarakat bahwa hal itu baik. Baik berdimesi duniawiyah dan ukhrawiyah. Baik berdimensi material dan spiritual. Contohnya kebiasaan saling menolong, saling menghargai. Kebiasaan saling bersedekah di bulan Ramadhan.
Karakter keempat yaitu jihad. Jihad dimaknai kesungguhan dalam melaksanakan kebaikan. Terkait dengan jihad ia menjelaskan tiga dimensi jihad. Pertama, jihadun nafsi yaitu memerangi hawa nafsu agar tidak selalu menggiring kita pada perilaku negatif.
Kedua, jihad memerangi setan yang mendorong kita melakukan penyimpangan. Ketiga, jihadul qital yaitu memerangi orang kafir dalam upaya membela kehormatan Islam.
Penulis Zainal Abidin Editor Sugeng Purwanto