Idul Fitri di Suci: Menjaga Tiga Fitrah Manusia Pasca-Ramadhan, liputan Anis Shofatun kontributor PWMU.CO dari Gresik
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Suci Manyar Gresik menyelenggarakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 di Lapangan Suci Central Market Pondok Permata Suci (PPS). Tepat pukul 06.00 WIB shalat dimulai dengan imam Hogi Caesar B SpdI dan khatib H Rafi’ Munawar LC, Jumat (21/4/2023).
Ustadz Rafi’ dalam awal khutbahnya mengajak kepada seluruh jamaah untuk tetap menunjukkan komitmen tauhid dalam beribadah kepada Allah Swt. Terlebih setelah sebulan mendapat gemblengan dari aktivitas Ramadhan.
Dia lalu menyebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad:
رغم انف عبد او بعد دخل عليه رمضان فلم يغفر له
“Celakalah seorang hamba yang mendapatinya Ramadhan. Dan kemudian Ramadhan berlalu sementara ia tidak mendapatkan apa apa dan tidak diampuni dosanya/”
Ustadz Rafi mengatakan umat Islam pasti tidak menginginkan menjadi seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut. “Mari kita meneguhkan tekad kita kepada Allah semoga segala dosa kita diampuni dan amal ibadah menjadi pemberat timbangan di akhirat nanti,” ajaknya di sela gema takbir yang dikumandangkanya.
Tiga Fitrah Manusia
Alumnus LIPIA Jakarta ini kemudian mengingatkan kepada seluruh jamaah agar menjaga tiga fitrah manusia sebagai pijakan hidup pascaramadhan yaitu:
Pertama, fitrah akidah. Akidah menjadi pondasi utama dalam keseluruhan hidup seorang Mukmin. Maka keyakinan yang fitrah harus dipegang teguh oleh umat Islam dalam menjaga konsistensi sebagai hamba Allah SWTY.
Ustadz Rafi mengatakan konsep akidatul fitrah ini telah dideklarasikan oleh Nabi Ibrahim sebagaimana dalam Surat al-An’am ayat 79:
اني وجهت وجهي للذي فطر السموات والارض حنيفا وما انا من المشركين
“Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik”.
“Mengapa penting menjaga kesucian akidah ini?” tanyanya retoris.
Menurutnya anggota DPR 2014-2019 ini, akidah menjadi pertaruhan hidup manusia saat di dunia maupun di akhirat. Akidah yang fitrah ini akan menuntun manusia memperoleh ampunan dari Allah SWT serta menjadi bekal kematian yang husnul khatimah di dunia.
Selanjutnya dia menegaskan ampunan dari Allah akan menjadi jaminan utama bagi seseorang untuk dapat meniti shiratal mustakim kelak di akhirat.
Maka, umat Muslim minimal sebanyak 17 kali mengucap dan memohon doa dalam bacaan al-Fatihah di setiap shalat fardhunya.
اهدنا الصراط المستقيم
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
“Maka janganlah kita bermain main dengan akidah kita, jangan sampai dalam kondisi terjepit kita berpaling dari Allah,”ucapnya menegaskan.
Fitrah Ibadah
Kedua, fitrah ibadah. Keseluruhan ibadah seharusnya dicurahkan sepenuhnya hanya kepada Allah dan hendaknya tidak digunakan untuk keinginan lain kecuali penerimaan dari Allah SWT.
Hal ini sebagaimana bunyi Al Quran surat al-An’am ayat 162-163.
Dalam menjalankan kewajiban beribadah, umat Islam harus mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan Hadits.
Pada kesempatan tersebut, Ustdaz Rafi’ mengingatkan umat Islam agar dapat menjalankan Islam secara kaffah dengan tidak membuat paradoks dalam hal ibadah. Paradoks artinya melaksanakan sebagian dari apa yang disyariatkan dan meninggalkan sebagian apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Dia lalu mencontohkan seseorang yang mau melaksanakan shalat tapi tidak mau menutup aurat. Manusia senang melaksanakan shalat sesuai syariat Islam tapi perekonomiannya tidak mau yang islami. Sehingga menurutnya hal itu dapat mencoreng wajah Islam dalam kehidupan umat Islam sendiri.
Selanjutnya, Ia mengajak umat Islam agar dalam menjalankan ibadah tidak terikat oleh ruang dan waktu dan semakin khusyuk dalam beribadah sebagaimana kala menjalankannya di bulan suci Ramadhan. Menurutnya salah satu bentuk akidah yang fitrah adalah khusyuknya seseorang dalam beribadah.
“Maka jangan sampai saat TRamadhan khusyuk tapi di luar Ramadhan terlihat jelajatan,” katanya.
“Saat di masjid terlihat khusyu’, tapi saat di pasar banyak aturan-aturan Allah yang dilanggar,” lanjutnya memberikan contoh.
Fitrah Akhlak
Ketiga, fitrah akhlak dan budi pekerti manusia. Rasulullah dikenal sebagai manusia yang cerdas dan orator ulung. Namun, tidak ada satu pun dalam al-Quran Allah memuji kepiawaian Rasulullah dalam berpidato dan kehebatan beliau dalam komunikasi sosial. Tapi Allah memuji beliau karena ketinggian dan keagungan akhlaknya.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat al-Qalam ayat 4 yang berbunyi:
وانك لعل خلق عظيم
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Saat ini menurutnya ada kritik besar yang dilakukan masyarakat terkait persoalan akhlak dan budi pekerti. Seringnya kita sebagai makhluk sosial menginginkan orang lain berakhlak mulia kepada kita tapi kita tidak pernah membalasnya dengan perbuatan mulia kepadanya.
Orang tua menginginkan anaknya berakhlak mulia tapi sebaliknya tidak pernah memberikan teladan akhlak yang baik kepadanya. Begitu pula seorang guru mengharapkan muridnya berakhlak mulia kepadanya, tapi guru tidak pernah berakhlak mulia kepada muridnya.
Pria kelahiran Lamongan ini mendefinisikan akhlak yang fitrah menurut Islam adalah akhlak yang timbal balik. Seperti halnya yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW yang telah memberikan teladan sikap mulianya kepada umatnya. Fitrah dalam berakhlak mulia ini sejatinya diperuntukkan untuk terus menjaga kedekatan manusia dengan Tuhannya.
Saat ini masih banyak orang tua yang belum menyadari dan menganggap nakal anaknya karena sejatinya orangt uanya belum memberikan bekal dan teladan akhlak mulianya. Begitu pula banyak guru yang tidak mampu mengendalikan perilaku muridnya, dan baru menyadari bahwa guru memberikan transformasi pengetahuan dan lupa akan transformasi sikap dan nilai kepada murid muridnya.
Kepada jamaah yang memadati lapangan yang berlatar gedung SD Muhammadiyah GKB 2 (Berlian School) ini, Ustadz Rafi menegaskan pentingnya memberikan transformasi nilai dan sikap kepada generasi muda saat ini. Maka, Rasulullah dalam kehidupanya hanya diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
“Agar akhlak mulia selalu melekat pada dirinya apa pun nanti dia jabatan dan perannya di masyarakat menjadi direktur, guru, orang tua, presiden, maka fitrah akhlak mulia terus dijaga pada diri anak-anak meskipun di luar bulan Ramadhan,” tuturnya.
Di akhir pelaksanaan shalat Idul Fitri, Takmir Masjid At Taqwa PPS Suci mengumumkan telah menyalurkan zakat fitrah sebanyak 3,27 ton; zakat mal dan infak sedekah berturut-turut sebesar Rp 43.200.000, dan Rp. 2.795.000 yang disalurkan kepada mustahiq. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni