Abdul Mu’ti Berharap SPEAM Punya Pabrik, Liputan Dadang Prabowo
PWMU.CO – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Abdul Mu’ti MEd berharap Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) suatu saat akan punya pabrik.
Hal itu ia sampaikan saat memberikan sambutan di depan wisuda dan wisudawati SPEAM Sabtu (6/5/23) di SPEAM kampus Putri.
“Saya bayangkan SPEAM ini akan punya pabrik. Kalau pesantren entrepreneur itu harus punya pabrik, minimal melahirkan eksekutif-eksekutif muda,” ujarnya.
Ia kemudian menceritakan saat dirinya diminta untuk mengisi kajian di Indofood yang sudah punya banyak produk.
Di sana, tuturnya, ia disuguhi es krim dengan rasa Indomie. Produk tersebut, ungkapnya, muncul karena kreativitas. Karena makan mi yang direbus susah, anak-anak sekarang banyak yang makan mi mentah. Sementara anak muda sukanya es krim. Maka jadilah produk tersebut.
“Kalau dulu saya suka makan es tung,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Mu’ti menambahkan entrepreneurship tidak selalu berkaitan dengan the big capital (modal yang besar) yang kita miliki tapi tentang etos. Di dalam etos lanjutnya ada tiga hal penting, yaitu: spirit atau semangat untuk berwirausaha, mental untuk berwirausaha, dan jaringan.
Entrepreneur Harus Kreatif
Selain itu Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu menambahkan bahwa seorang entrepreneur harus kreatif.
Kreatif lanjutnya adalah kunci bagi seseorang untuk menjadikan sesuatu, dari yang tidak bernilai menjadi sangat bernilai.
“Jadi kunci menjadi seorang entrepreneur adalah kreatif,” paparnya.
Karena itu ketika seseorang berbicara kecakapan abad dua puluh satu maka kuncinya adalah 4C: critical thinking, communication, collaboration, dan creativity.
Seseorang yang kreatif adalah yang pandai membaca perubahan. Dan perubahan itu lanjutnya dia lihat dari sudut pandang bisnis. Makanya kalau orang berfikir kreatif dan bisnis, maka dia berfikir longgar saja.
Mu’ti memberi contoh fenomena saat ini mayoritas muslimah berjilbab. Ada tipe model jilbab panjang dan pendek.
“Tidak usah berpikir kalau jilbab panjang itu salafi dan kalau pendek baru belajar islam,” ucapnya disambut tawa hadirin.
Karena semakin besar jilbab, semakin banyak kain yang dibutuhkan. Dan bisnis adalah tentang oppurtunity (peluang).
Orang berfikir kreatif bisa berpikir beyond reality (apa di balik realitas), dan apa yang bisa dia berikan di balik realitas itu.
Ia kemudian mencontohkan fenomena anak sekarang lebih enak kerja di kafe dari pada di tempat kerja atau di rumah. Jadi orang bikin warung sekarang ini dilengkapi dengan fasilitas wifi dan harga minumannya lebih mahal dari pada warung konvensional.
“Karena yang dijual di kafe bukan hanya minuman, tapi suasana,” ucapnya.
Lebih lanjut, Mu’ti memberi contoh fenomena antara Starbucks dan starbike. Yang kedua modalnya termos dan sepeda saja, karena restorannya adalah langit dan bumi. Dan dengan modal Rp 1.500 tiap sachet kopi, ia bisa meraup untuk Rp 3.500, karena segelas kopi yang ia jual dihargai Rp 5.000.
Entrepreneur Harus Luwes
Maka bisnis atau entrepreneur imbuh Mu’ti tidak perlu mahal tapi tentang kreativitas dan mental. Selain itu entrepreneur adalah tentang membangun jaringan atau network. Orang yang bermental entrepreneurship adalah orang yang cair dan luwes. Bisa bergaul dengan siapa saja.
“Ciri pengusaha itu cair tidak ngotot,” paparnya.
Keberadaan entrepreneur dan pengusaha di Muhammadiyah sangat penting. Karena menurut penuturan Mu’ti Muhammadiyah di awal berdirinya, berkembang dari para pengusaha dan entrepreneur di kalangan pribumi.
“Mudah-mudahan para santri SPEAM menjadi entreprenur yang solid, dan berjuang dengan segala prestasinya dalam bidang dakwah,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni