PWMU.CO – Sebanyak empat tim dari SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Jawa Timur lolos sebagai finalis Lomba Cipta Alat Peraga (LCAP) yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik.
“Kami gembira dengan hasil tersebut. alhamdulillah ada empat tim dari SDMM yang lolos final LCAP. Berkat hasil ini SDMM menjadi SD Muhammadiyah dengan wakil terbanyak pada babak final,” ujar Athiq Amiliyah,Koordinator Kurikulum SDMM, Jumat (19/5/2023).
Empat tim itu terdiri dari dua tim matematika dan dua tim IPA. Muhammad Fadzil Awaludiin Kariim (kelas V Ibnu Firnas) dan Azalia Mercyana Zahirah (kelas V Ibnu Firnas) dengan alat peraga Paper Math lolos di urutan pertama dengan nilai 80,00 serta Alfalishaleva Ghazali (kelas IV Atmosfer) dan Reina Hananiya Jerika (kelas IV Atmosfer) dengan alat peraga Lato lolos di urutan ketiga dengan nilai 77,00.
Sedangkan dua tim IPA yaitu Muhammad Naufal Alif kelas V Ibnu Firnas dan Daniyal Barra Atharrayhan kelas V Ibnu Firnas dengan alat peraga Detektif Pot Blynk lolos di urutan pertama dengan nilai 88,50. Adapun Nawal Aghla Mahesvari (kelas V Ibnu Sina) dan Alham Fathuddin Ghaisan (kelas V Ibnu Firnas) dengan alat peraga Magic Fingercom lolos di urutan kedua dengan nilai 85,75.
Keempat tim finalis dari SDMM ini akan mengikuti babak final dengan mempresentasikan karyanya di hadapan dewan juri pada Rabu (24/5/23) di Aula Ainul Yaqin Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik.
Babak final dimulai pada pukul 08.00 dengan ketentuan setiap tim diberikan waktu presentasi selama 20-30 menit. Urutan hasil pada pengumuman finalis menjadi urutan presentasi ketika babak final berlangsung.
Setiap tim yang lolos babak final, diberikan kesempatan untuk mengumpulkan naskah alat peraganya berupa hardcopy file yang sudah dijilid rapi sebanyak tiga eksemplar sampai Senin (22/5/2023).
Sekilas tentang Alat Peraga
Paper Math yaitu Piringan Perbandingan Matematika. Karya siswa yang didampingi pembina Reza Dwi Anistawati SPd, dan Prima Ari Rosyida SPd ini mempunyai latar belakang dari beberapa siswa kelas besar yang masih kesulitan dalam mempelajari materi perbandingan.
“Maka diperlukan beberapa cara salah satu yaitu melalui pendekatan Matematika Realistik. Yaitu belajar dengan menggunakan konteks realistik. Materi perbandingan erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari,” kata Reza.
Sedangkan karya siswa Lato atau Lokomotor Konversi Part Two didampingi oleh Nisfil Mafidah SPd dan Athiq Amiliyah SPd. Sebuah alat peraga yang dibuat sebagai alternatif dalam memahami penjumlahan dan pengurangan konversi satuan panjang dan berat.
“Alat ini lahir dilatarbelakangi oleh siswa kelas III yang masih kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penjumlahan dan pengurangan satuan panjang dan berat,” ungkap Nisfi.
Sementara dua alat peraga dari tim IPA yaitu Detektif Pot Blynk dengan pendampingan dari Zaki Abdul Wahid ST MPd mempunyai latar belakang adanya beberapa kendala yang dialami ketika merawat tanaman hidroponik di sekolah.
“Ada beberapa kendala yang selalu berulang setiap pergantian tanaman pascapanen. Salah satu kendalanya adalah tanaman yang tidak tumbuh optimal atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan sebutan ‘bantat’. Namun, pada panen berikutnya tanaman dapat berkembang optimal. Dengan kata lain hasil panennya segar dan besar. Hal itu berulang setiap kali panen,” jelas Zaki.
Sementara, sambungnya, saat liburan tiba kendala lain yang muncul adalah guru pembina tidak bisa memantau kondisi tanaman setiap hari. “Oleh karena itu, dibutuhkan alat pemantau jarak jauh. Saat ini, sudah ada alat pendeteksi pH jarak jauh menggunakan telegram, tetapi waktu pengiriman pesan memiliki jeda waktu yang lama,” katanya.
Satu alat lainnya dari tim IPA adalah Magic Fingercom, sebuah alat bantu penyandang disabilitas dan lansia dengan kemampuan terbatas dalam bergerak. Tim ini didampingi oleh Shofan Hariyanto MPd.
Menurut Shofan, alat ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan dasar penyandang disabilitas dan lansia yang menjadi pendukung penting dan berpengaruh besar dalam berkegiatan sehari-hari.
“Ketersediaan alat bantu tersebut masih belum mencukupi karena keterbatasan biaya dalam pengadaan alat. Alat bantu ini dikhususkan bagi saudara kita yang lemah, lumpuh, dan tidak bisa bicara dengan syarat pengguna masih bisa menggerakkan jari dan indra pendengaran atau penglihatan (output berupa suara dan teks grafis).,” terangnya. (*)
Penulis Muhammad Ilham Yahya Editor Mohammad Nurfatoni