PWMU.CO – Ketua PDM Trenggalek periode 2022-2027 akhirnya jatuh kepada Drs Wicaksono MPdI. Sedangkan Sekretaris PDM Trenggalek terpilih Imam Nur Khozin MPdI.
Keduanya dipilih dalam rapat formatur yang berjalan selama satu jam digelar Sabtu (20/5/23) sore.
Rapat dihadiri 13 anggota formatur yang terpilih dalam Musyda ke-11 Muhammadiyah Trenggalek di Ponpes Tahfidh MBS Kampus 3 Pogalan. Rapat formatur didampingi Wakil Ketua PWM Jatim Dr H Muhammad Sholihin SAg MPSDM.
Wicaksono dalam perolehan suara di Musyda ke-11 Muhammadiyah Trenggalek menempati urutan kelima dengan 110 suara. Sementara Imam Nur Khozin peringkat ke-11 dengan 80 suara.
Agus Prayitno yang menempati nomor satu dengan 115 suara ternyata tak bersedia dijadikan Ketua PDM. Begitu juga Anang Wahid Cahyono di urutan kedua dengan 114 suara menolak dipilih.
Ketua PDM Trenggalek 2022-2027 Wicaksono dalam dalam pidato acara penutupan menceritakan lika-liku pemilihan rapat formatur yang a lot selama satu jam itu.
Wicaksono mengatakan, sulitnya berbicara kalau sudah dikondisikan seperti ini. Dia sudah merasa senang dan aman ketika tahu nama Agus Prayitno mendapat suara terbanyak.
Pada saat rapat pleno, Agus Prayitno mengatakan belum siap menjadi ketua. Dirayu begitu rupa oleh anggota formatur tetap tidak mau.
”Akhirnya mulai buntu rapat sekian lama. Kemudian saya usulkan menggunakan kriteria tradisional siapa yang yuswone (usianya) paling tua jadi ketua,” jelasnya.
Sempat Voting
Ada Imam Supandi, Agus Tamami dan Catur Winarno. ”Imam Supandi dawuh juga trenyuh, aku ki pidato ae wis angel kok didadekne ketua (saya itu pidato saja sudah susah, kok mau dijadikan ketua). Udur-uduran bapak ibu,” tutur Wicaksono.
Sempat juga, salah satu formatur menelepon Ketua PDM demisioner Rohmad untuk meminta saran, jika dilakukan voting tertutup. Siapapun yang jadi harus siap.
Saat voting Suripto mendapat suara terbanyak. Dia yang menjabat sekertaris PDM periode lalu ternyata tidak siap. Karena menjabat sebagai Ketua STIT Muhammadiyah Tulungagung.
”Kami merasa zalim kalau memaksa Pak Ripto. Satu-satu dari kami itu tidak ada yang mau. Padahal harus ada yang mau. Maka saya yang termasuk dikorbankan untuk mau jadi pimpinan demi Muhammadiyah akhirnya saya nyatakan siap,” tegasnya.
Hadirin langsung bertepuk tangan meriah dengan kesediaan Wicaksono itu. ”Tetapi saya tidak butuh tepuk tangan panjenengan kok. Kami butuhkan dukungan mutlak dari panjenengan semuanya,” sela Wicaksono.
”Saya tadi menangis. Sebenarnya, jujur saja kami ingin yang terpilih senior. Tetapi karena beberapa pertimbangan dan memang disepakati kami didaulat menjadi penggantinya Pak Rohmad,” ujarnya.
Ia memohon dukungan dari semua pihak. Apalah arti seorang nakhoda jika awak kapal juga tidak memberikan dukungannya.
”Selama ini yang menjadi modal hidup kami, kami merasa tidak pernah bekerja sendirian. Di manapun, apapun yang menjadi tugas kami merasa kerja itu ada kawan sejawat, ada mitra, ada partner,” tuturnya.
”Karena itu sekali lagi bukan tepuk tangan yang kami butuhkan, tapi dukungan semuamya yang kami harapkan,” tandasnya.
Penulis Candra Dwi Aprida Editor Sugeng Purwanto