PWMU.CO – Beginilah jika para tokoh senior Muhammadiyah diundang pada sebuah acara resepsi pernikahan yang diselenggarakan oleh Abdul Hakim, seorang tokoh pendidikan Muhammadiyah Desa Takerharjo, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Ahad (14/5) kemarin. Selain bernostalgia, mereka saling berbagi tugas. Bahkan saling mengekspresikan kemampuannnya masing-masing.
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan M Tsabit misalnya. Dia didaulat menjadi penerima tamu laki-laki. Adapun Abdul Malik—mantan Kepala Sekolah MIM Pantenan, Panceng, Gresik—didapuk menjadi MC (master of ceremony).
(Baca: 4 Pesan Pak AR untuk Calon Pengantin)
Dengan gaya yang ceplas-ceplos, guru bahasa Arab dan seni ini mampu membuat suasana resepsi menjadi segar. Tidak hanya berbicara, dia juga menggunakan media musik dalam membawakan acara: berkaraoke dan mengajak hadirin untuk nyanyi bareng. Maklum, sebelum jadi guru, dia sudah malang-melintang di dunia broadcast, termasuk mendirikan radio FM lokal.
Dan yang paling mendapat sambutan hangat adalah Mbah H Syamsi, tokoh legendaris Muhammadiyah Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Sebab, di acara itu dia membawakan sebuah puisi unik yang mampu mengundang tawa hadirin, termasuk mempelai Fatayil Qoyyim dan Citra Khurinin Rosyida. Inilah puisi yang mendapat applause dan berhasil mengocok perut itu:
BAHAGIA
Bahagia idaman setiap manusia
baik laki-laki maupun wanita
yang dimulai dengan adanya rasa cinta
yang timbul karena pandangan pertama
yang selanjutnya terus di dada
Namun tidak hanya sampai di situ saja
karena harus diikat dengan pernikahan yang nyata
yang sesuai dengan peraturan agama dan negara
sehingga tidak ada orang lain yang curiga.
Hari ini kita menjadi saksi
antara kedua mempelai
yang duduk berdampingan dalam satu kursi
sambil mengenang masa depan yang akan dihadapi
bagaimana bahagia bisa dicapai
sebab bahagia tidak cukup di angan-angan dalam hati
tetapi harus diusahakan dan dicari
karena tidak bisa datang sendiri.
Dengan cara cepat harus berbuat
jangan sampai terlambat
sebab siapa tak cepat takkan dapat
melompat, meloncat secepat kilat
Insyaallah bahagia akan didapat.
Bahagia tidak harus memiliki rumah bertingkat
tidak juga harus memiliki mobil mengkilap
juga tidak harus memiliki uang berlipat-lipat
syukur kalau semua itu bisa didapat
juga tidak harus memiliki istri sampai empat
bisa-bisa malah bikin melarat dunia akhirat
karena berkhianat tidak bisa pegang amanat.
Bahagia adalah ketentraman dalam rumah tangga
seisi keluarga anak-istri dan kedua orang tua
tidak ada intai mengintai dan curiga
keindahan dan ketentraman diusahakan bersama
bila ada sedih dan susah itu memang ujian hidup di dunia
demikianlah Allah memutar hari hari ini di antara manusia
watilka ayyamu nudawwiluha bainannasi.
Inilah kenang-kenangan yang sederhana
Semoga menjadi pegangan dalam membina rumah tangga
barakallahu laka wabaraka alaika wajamaa bainakuma fi khair.
(Baca juga: Ber-Ayah tapi Tak Ber-Ayah: Tips Menikah bagi Kader ala Dahnil A. Simanjuntak)
Sementara itu KH M Said Hamid tokoh NU Kecamatan Solokuro dalam pesan pernikahan menyampaikan 3 sabda Rasulullah SAW terkait suami-istri. Pertama, ”Wong wedok seng paling apik, yen didelok bojone nyenengno (istri shalihah itu jika dipandang suaminya menyenangkan),” tuturnya.
Kedua, kata Said, kalau diperintah suami harus taat, kecuali untuk kemaksiatan. “Dan ketiga, ketika ditinggal suami pergi harus bisa merawat diri, keluarga, dan harta keluarga,” pesan dia. (Ferry Yudi AS)