PWMU.CO – Kisah pengorbanan yang menguatkan iman menjadi bahasan khutbah Idul Adha disampaikan oleh Ustadz Anshori di hadapan ratusan jamaah Masjid Sabilillah Lebakadi, Sugio, Lamongan, Rabu (28/6/23).
Anshori menyampaikan pengaruh iman terhadap sikap diri seorang hamba dengan mengutip surat As-Saffat : 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Menurut dia, ayat tersebut merepresentasikan nilai keimanan memiliki peran penting bagi Ismail putra Ibrahim dalam mengambil keputusan.
Ismail dengan penuh keyakinan menyampaikan: lakukan apa yang diperintahkan (Allah). Ini menunjukkan kepercayaan penuh terhadap pilihan dan perintah Allah. Yang selanjutnya menjadi hikmah bagi umat Islam sepanjang zaman.
Anshori melanjutkan dengan kisah pengorbanan inspiratif lainnya sebagai wujud keimanan.
”Pengorbanan darah dan air mata sebagai bentuk keimanan akan membuahkan hikmah. Dan itu terjadi pada orang-orang yang beriman,” tutur Anshori.
Ingatkah di tengah kehebohan mimpi Firaun, lalu ia memerintahkan membunuh setiap bayi laki-laki. Ibunda Nabi Musa harus merelakan putranya dihanyutkan di sungai Nil tanpa tahu di mana ia akan bermuara, dengan iman dalam hatinya ia laksanakan.
Hikmah itu diawali dengan ditemukannya Musa oleh istri Fir’aun. Maka selamatlah Musa, dan ia dapat melanjutkan hidupnya lalu berdakwah. Kisah pengorbanan Ibu Musa memberikan hikmah bagi anaknya.
Pada kondisi lain, kisah pengorbanan dan air mata yang disambut keimanan Nabi Yusuf as. Ujian ketampanan disertai ketakwaan. Ia ridho harus dipenjara selama 12 tahun, demi menghindari fitnah wanita. Surat Yusuf: 33.
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚوَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ.
Yusuf berkata “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.”
Ujian dan tantangan kehidupan sangat beragam. Bahkan tampan yang merupakan kebaikan juga menjadi ujian. Manusia tidak boleh lengah akan ujian tersebut.
Kisah pengorbanan selanjutnya tentang tujuh orang pemuda yang sering kita kenal dengan Ashabul Kahfi yang meninggalkan kota untuk menjaga keimanannya.
وَلَبِثُوا۟ فِى كَهْفِهِمْ ثَلَٰثَ مِا۟ئَةٍ سِنِينَ وَٱزْدَادُوا۟ تِسْعًا
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al-Kahfi:25)
Itu semua adalah pengorbanan, dan lahir dari keyakinan terhadap Allah SWT yang kita sebut sebagai keimanan.
Lalu kesabaran seorang nabi yang menghabiskan umurnya untuk berdahkwah. Bahkan 950 tahun dakwahnya, hanya 12 pasang pengikut. Ialah Nabi Nuh, dengan sabar ia mendakwahkan agama Allah di sepanjang hayatnya.
Tak kalah beratnya, pengorbanan darah dan air mata oleh Rasulullah Muhammad saw untuk berjuang melawan kafir Quraisy. Nabi akhir zaman yang menjadi penutup para Nabi.
“Dari penjalanan hidup yang inspiratif tersebut menunjukkan kepada kita bahwa hakikatnya kita hidup di dunia hanya untuk melewati ujian dari Allah. Dan tidak ada ujian yang dapat terlewati kecuali dengan pengorbanan,” tegas Anshori.
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (Al-Mulk:2)
Suatu ketika Sahabat Sa’ad Bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling berat cobaannya?”
Rasulullah menjawab, “Para Nabi, orang-orang saleh, lalu serupa itu dan serupa itu. Seorang hamba akan diberi cobaan berdasarkan kualitas agamanya (imannya). Apabila agamanya kuat maka ujiannya semakin berat dan apabila agamanya lemah maka dia kan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Cobaan akan senantiasa bersama seorang hamba sampai dia dibiarkan berjalan di atas muka bumi ini tanpa membawa dosa” (HR. At-Turmudzi no. 2322 dan Ibnu Majah no. 4013 dengan sanad yang shahih)
“Cobaan akan menyertai orang-orang yang beriman, jika ia bersabar maka dosanya akan diampuni oleh Allah SWT. Dan puncak keberhasilan seorang muslim adalah jika masuk surga,” tutup Anshori.
Penulis Fatma Hajar Islamiyah Editor Sugeng Purwanto