Politik sebagai Ijtihad
Amar makruf dan nahyi mungkar merupakan bagian dari ajaran islam, karena bagaimanapun kamakrufan harus terus diajakkan demi kemaslahatan umat dan bangsa, dan nahyi munkar juga harus dilakukan demi meminimalisasi tindakan yang menjadikan umat dan bangsa terjerumus ke arah yang destruktif yang menjadikan semakin meluasnya badai dekadensi moral.
Berpolitik merupakan bagian dari amar makruf dan nahyi munkar. Justru berpolitikmenempati posisi strategis demi tercapainya kemaslahatan umat. Sehingga berpolitik merupakan hal yang integral dari konsepsi agama ini. jika kita diperintahkan untuk masuk islam secara kaffah maka berpolitik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Rasulullah Shallahu alaihi wa Sallam pada saat beliau hijrah ke Madinah beliau langsung melakukan tindakan politis yaitu diterbitkannya Piagam Madinah.
Sudah seharusnya semua pemimpin umat ini melalukan tindakan politis, jika di antaranya merasa belum paham dengan baik akan politik Islam secara baik, maka tidak ada salahnya untuk berdiskusi dengan tokoh lain yang dianggap memiliki konsep politik iIslam yang benar dan berkeadilan. Sikap egoisme para pemimpin umat menjadikan umat kehilangan orientasi dalam berpolitik, karena mereka hanya pengikut setia saja. Jadi siapa sesungguhnya yang memecah-belah umat ini?
Dengan demikian umat juga seharusnya cerdas berpolitik sesuai kapasitasnya masing-masing, bahwa madzhab politik tentu berbeda dengan madzhab fikih dan seterusnya, maka dengan ijtihad politik yang benar kita akan terbebas dari pertanyaan yang dipertanggung jawabkan nantinya.
Pilpres dan pileg adalah suatu yang berbeda. Jika pilpres memilih presiden dan wakilnya, sedangkan pileg memilih anggota legislatif yang berwenang membuat undang-undang. Maka sudah seharusnya masyarakat dapat membedakan kepentingan strategis masing-masing yang bisa jadi berbeda dalam mendukung dalam dua pilihan itu.
Sebagaimana dalam hadits di atas, negeri yang besar dan makmur ini akan hancur karena orang-orang yang tidak tahu diri, jauh dari kapasitas tapi merasa bisa untuk menjadi pemimpin dengan seabrek tanggung jawabnya. Orang-orang yang tidak punya malu melihat kapasitas dirinya sendiri, padahal sifat malu itu sebagian dari iman. Wallahu a’lam (*)
adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 16 Tahun XXVII, 7 Juli 2023
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post