PWMU.CO – Pidato iftitah disampaikan Ketua PCM Lakarsantri periode 2022-2027 Drs Sugeng Purwanto di acara penutupan Musycab ke-3, Ahad (9/7/2023).
Musycab ke-3 Muhammadiyah Lakarsantri berlangsung di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya. Dihadiri seratus orang terdiri jajaran PCM, PCA, PRM, Ortom, dan undangan.
Dalam pidato iftitah Sugeng Purwanto mengatakan, menjadi pimpinan di Muhammadiyah Lakarsantri ini rasanya seperti ketiban sampur.
”Orang Lakarsantri pasti ngerti sampur karena di sini ada main tandhak. Sampur atau selendang penari disebar ke penonton, yang terkena terpaksa ikut menari. Sekarang saya ketiban sampur, maka saudara-saudara jangan lantas kabur membiarkan saya joget sendiri,” katanya yang disambut tawa hadirin.
Sebab, sambung dia, Panitia Pemilihan menerima 23 calon pimpinan yang diusulkan oleh anggota PCM, PRM dan PCA. Ternyata separo calon mengembalikan formulir dengan pernyataan tidak bersedia dicalonkan, akibatnya hanya ada 12 calon tetap PCM.
”Ini bukti ternyata banyak di antara kita tidak mau jadi pemimpin. Karena itu wajar tiap Pemilu kita gak punya calon. Kalau punya calon, kalahan,” ujarnya lagi diiringi tawa hadirin.
Karena itu, sambung dia, kalau dipimpin orang lain yang gak cocok dengan keinginan kita yo jangan ngersulo. Sebab kader sendiri gak berani maju jadi pemimpin. ”Jangan kemudian jadi tukang paido. Penggaweane maido tok,” selorohnya yang lagi-lagi mengundang tawa hadirin.
”Oleh sebab itu saya meminta setelah sampur disebar, mari joget bersama-sama, jangan biarkan saya joget sendirian sebab jogetanku dadi lucu lek ijenan,” kata Sugeng yang juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Musycab ini.
Tiga Ciri
Setelah itu dia meminta anggota PCM Lakarsantri yang terpilih dan kader Muhammadiyah lainnya bisa menjadi sosok kader dakwah yang memiliki tiga ciri.
Pertama, jadi ulama. Artinya, menguasai agama Islam. Indikator paling gampang bisa ceramah.
”Jangan sampai terjadi kader Muhammadiyah diminta ceramah oleh orang kampung, menolak, iki lak ngisin-isine, padahal itu kesempatan berdakwah. Kalau kader Muhammadiyah gak berani ceramah, yo langsung disaut tonggo sebelah sing saiki wis berkuasa di mana-mana,” tandasnya juga memancing geerr hadirin.
Indikator lainnya, ujar dia, kalau ada bancakan tetangga minta doa juga jangan menolak. Bancakan itu tidak bid’ah. ”Jangan malu dijadikan pak modin. Tukang dungo itu jabatan strategis. Banyak orang malah senang dengan doa versi Muhammadiyah yang singkat dan padat, sehingga gak kelamaan nunggu makan,” ujar sekretaris PCM Lakarsantri ini.
Kedua, bersikap amanah. Kalau sudah bersedia dicalonkan kemudian terpilih maka bersedia menjalankan amanah sebagai pemimpin. ”Indikator paling gampang lek diundang rapat yo teko, ojo alasan sibuk ae. Mosok ben rapat sing teko yo iku-iku ae, lha liyane iku opo kesasar dalane,” selorohnya lagi.
Ketiga, istiqamah. Konsisten aktif dalam menjalankan dakwah, berorganisasi mengembangkan PCM. Tidak hanya datang saat ada Musycab setelah itu menghilang. ”Aktif hanya di awal, setelah itu mohon izin terus,” katanya yang memecahkan suasana ruang Musycab dengan tawa.
Penulis Rizky Syarifuddin Editor Darul Setiawan