Rindu Persatuan dalam Gerakan Politik
Tokoh-tokoh umat terdahulu telah membuktikan adanya persatuan dalam arah politik berdasar ketentuan syariah Islam. Maka sudah sepatutnya tokoh umat saat ini juga melakukan upaya yang sama. Janganlah umat yang mayoritas ini–yang memiliki panduan secara politik yang dapat dipertanggung jawabkan dunia akhirat ini–kemudian kehilangan induknya.
Tokoh-tokoh umat ini seyogyanya tidak hanya memiliki kepercayaan diri untuk menjadi pemimpin politik umat, sekalipun kadang tidak memahami konsep politik Islam secara baik dan benar.
Mereka di antaranya hanya sekedar mengandalkan ketenaran dan merasa memiliki banyaknya umat, lalu merasa diri pantas menjadi pemimpin umat secara politik. Padahal realitasnya jauh api dari panggang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beberapa ayat-Nya memberikan jaminan bagi suatu negeri atau daerah tertentu sebagai negeri atau daerah yang makmur, jika negeri itu berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Tentu jaminan ini bukan jaminan yang main-main saja, kecuali bagi mereka yang memang imannya lemah. Tugas untuk tercapainya masyarakat yang beriman dan bertakwa sesungguhnya terletak pada para pemimpin umat. Sebagaimana dalam teks hadits di atas, bahwa mereka yang memiliki segenggam kekuasaan akan melalukan tindakan politik yang berdampak positif bagi umat.
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-A’raf 96)
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرۡيَةٗ كَانَتۡ ءَامِنَةٗ مُّطۡمَئِنَّةٗ يَأۡتِيهَا رِزۡقُهَا رَغَدٗا مِّن كُلِّ مَكَانٖ فَكَفَرَتۡ بِأَنۡعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلۡجُوعِ وَٱلۡخَوۡفِ بِمَا كَانُواْ يَصۡنَعُونَ
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (an-Nahl 112)
Sungguh tanggung jawab sebagai pemimpin umat sangatlah besar, maka berhati-hatilah yang saat ini mendapatkan amanah menjadi pemimpin di semua lini kehidupan umat. Di tangan Anda nasib umat ini. Jabatan adalah amanah dan kebanyakan menjadi penyesalan di hari perhitungan nanti. Wallahu a’lam. (*)
Mazhab Politik Berbeda dengan Mazhab Fikih adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 17 Tahun XXVII, 14 Juli 2023
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post