PWMU.CO – Dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1438 Hijriyah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Nganjuk mengadakan tabligh akbar di Masjid Arjuna Dusun Pojok, Desa Tanjungklang, Ngronggot, Kota Nganjuk, Sabtu malam (21/5).
Acara diawali dengan pelantikan Pimpinan Ranting (PR) Aisyiyah dan Muhammadiyah Tanjung Kalang, Ngronggot periode 2015 – 2020. Pelantikan dilakukan langsung oleh Ketua PDM Nganjuk H Arifin. Dalam sambutannya, ia mengaku sangat terharu atas antusiasme warga Dusun Pojok, Desa Tanjung Kalang Ngronggot dalam mengikuti kegiatan Muhammadiyah.
(Baca: Sambut Ramadhan, Pemuda Muhammadiyah Bekali para Muballigh Muda dengan Retorika Berdakwah)
Ia lantas menyampaikan bahwa Muhammadiyah adalah kelompok Radikalem, tapi bukan radikal. Radikalem, jelasnya adalah lembut dalam menyampaikan dakwah Islam untuk kemaslahatan umat. Akan tetapi sikap Muhammadiyah tegas dan keras untuk hal-hal yang prinsip. Salah satunya adalah soal ibadah.
”Muhammadiyah tidak pernah bersikap anarkis, apalagi sampai membubarkan kegiatan pengajian. Muhammadiyah selalu mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah,” ujarnya di hadapan 1000 jama’ah yang merupakan simpatisan maupun warga Muhammadiyah se-Kabupaten Nganjuk.
Acara tabligh akbar kali ini menghadirkan Prof Thohir Luth sebagai penceramah. Wakil Ketua PWM Jatim dalam tausiyahnya menyampaikan ada sebagian kalangan yang masih mencurigai Muhammadiyah bersikap radikal. Mereka itu, sebut Prof Thohir adalah orang yang tidak paham dengan gerak dakwah yang dilakukan Muhammadiyah sejak tahun 1912. ”Jauh sebelum negara Indonesia ada, Muhammadiyah telah mengembangkan sayap dakwahnya,” terangnya.
(Baca juga: Puasa Ramadhan dan Hari Raya Tahun 2017 Akan Bareng dan Dahnil A Simanjuntak: KOKAM Tak Perlu Bubarkan Pengajian Kelompok Lain atau Lakukan Nahi Munkar dengan Cara Kekerasan)
Prof Thohir mengungkapkan negara bahkan telah mengakui bahwa dakwah kultural yang dilakukan oleh Muhammadiyah telah banyak memberikan konstribusi. Salah satu bukti Muhammadiyah berperan besar bagi bangsa ini adalah dengan gelar Pahlawan Nasional yang disematkan untuk KH Ahmad Dahlan pada tahun 1962.
”Sudah sejak masa perjuangan merebut kemerdekaan, hingga masa sekarang Muhammadiyah menunjukan perannya. Kehadiran Muhammadiyah di negeri ini adalah sebagai kader umat, kader bangsa dan kader Persyarikatan,” tegasnya.
Sebelum acara tabligh akbar, rangkaian acara didahului dengan gerakan sholat subuh berjamaah dan pembagian 100 bingkisan sembako untuk masyarakat yang kurang beruntung bantuan dari LazisMu dan Aisyiyah peduli.
Setelahnya, dilakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis dari RSI Aisyiyah Nganjuk. Selain itu juga ada bazar dan lounching novel Bakir yang di tulis oleh Isma Sabila. Cucu generasi ke-3 dari H Bakir, perintis dakwah Muhammadiyah di dusun Pojok desa Tanjung Kalang Ngronggot.(vita/aan)