PWMU.CO – Dekan Fakultas Studi Islam Universitas al-Azhar Kairo Mesir Dr Nahla Shabry Elseidy membahas ‘Islam, Perempuan, dan Peradaban: Ummu Imarah’ pada pengajian al-Nadwah al-Arabiyyah, Kamis (20/7/2023) malam.
Pengajian rutin dua pekanan ini digelar secara daring melalui Zoom oleh Global Fulcrum of Wasatiat Islam yang diketuai Prof Dr M Din Syamsuddin bekerja sama dengan Himpunan Perempuan Berkemajuan dan Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Di awal kajiannya, Nahla menerangkan silsilah Ummu Imarah alias Nusaibah binti Ka’ab. “Ummu Imarah sering disebut Nasibah atau Nusaibah. Dia adalah perempuan Anshar dari suku Khazraj di Madinah yang menjadi penolong Rasulullah,” ujarnya dalam bahasa Arab. Suku ini dikenal sangat mencintai dan membela Rasulullah.
Silsilah keluarganya masih berhubungan dengan Rasulullah. “Kabilah Ummu Imarah yakni bani Nadzar, keluarga Abdul Muthallib bin Hasyim, kakek Rasulullah,” ungkapnya di hadapan 83 jamaah dari pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah di Indonesia maupun yang mengikuti dari luar negeri seperti Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) Mesir dan Amerika.
Bani Nadzar ini, lanjut Nahla, punya martabat yang bagus. Dalam Baiat Aqabah terdapat 73 laki-laki dan 2 perempuan yang berjanji di hadapan Rasul. Nusaibah binti Ka’ab termasuk salah satu perempuan tersebut.
Nusaibah menikah dengan anak pamannya, Zaid bin Ashim. Nusaibah seorang perempuan yang sangat baik dalam mendidik anak-anaknya. “Anaknya bernama Abdullah dan Hubaib. Abdullah syahid dalam Perang Uhud sedangkan Hubaib syahid saat menjadi utusan Rasulullah menemui Musailama Al Kadzdzab,” terangnya.
Dari mempelajari biografi Ummu Imarah, kata Nahla, kita bisa bersama-sama memahami betapa peran perempuan dalam sejarah peradaban Islam sangat besar. Perempuan bisa menjadi tumbuh dewasa dalam lingkungan yang sangat baik. “Ummu Imarah teladan perempuan dalam membangun peradaban,” ujarnya.
Baca sambungan di halaman 2: Ikut Perang