PWMU.CO – Puasa sejatinya mengarahkan manusia menjadi orang yang bertaqwa, mengerti, dan cerdas secara intelektual, emosional maupun spiritual. Dr Muchlis Usman Muchlis menyampaikan puasa itu bersifat universal.
Muchlis mengungkapkan bahwa puasa bukan hanya untuk manusia saja, tapi juga makhluk makhluk Allah lainnya. Seperti halnya yang dilakukan Ayam ketika harus mengerami telurnya. Ayam, lanjut Muchlis selama 21 hari lamanya harus berpuasa. Yakni, selama proses mengerami telur. Selama itu, Ayam hanya bisa berkotek-kotek dan tidak akan turun sampai proses mengerami telur itu selesai.
(Baca: Hakekat Puasa Ramadhan Menurut Saad Ibrahim dan Muhammadiyah di Antara Salafi dan Khalafi)
”Malu kalau ada manusia yang tidak berpuasa, karena Ayam saja berpuasa,” sidir Muchlis saat memberi tausyiyah pada Kajian Dhuha Ramadhan di gedung ‘Aisyiyah Kauman, Kota Malang, Sabtu (27/5).
Lebih lanjut Muchlis mengatakan bahwa aturan puasa umat Nabi Muhammad sudah sangat enak, tidak seperti aturan puasa pada zaman Nabi Musa. Yaitu, umat Nabi Musa diwajibkan berpuasa selama 40 hari tanpa sahur.
”Allah SWT telah merekonstruksi aturan puasa di zaman Nabi Muhammad. Bahkan, waktu terbaik di bulan suci Ramadhan adalah saat sahur. Apalagi, sahur di akhir waktu atau sebelum adzan berkumandang,” terangnya.
(Baca juga: Tarawih Tertib Bonus Snack, di Sini Tempatnya dan 70 Pandu Ramadhan Ajak Warga Berpuasa)
Mantan Pembantu Rektor III UMM ini juga mengatakan, puasa sangat baik untuk menjaga kesehatan. Seperti Hadits Rasul yang berbunyi ‘Suumu tashihu’. Artinya, berpuasalah niscaya kamu sehat. ”Diet itu bukan puasa. Sebaliknya puasa adalah diet yang terkontrol dan terkendali. Oleh karena itu orang yang sakit sangat efektif jika berpuasa,” terangnya.
Mantan Ketua PDM Kota Malang periode 2000-2005 itu menjelaskan ada 4 fungsi dalam berpuasa. Pertama adalah fungsi preservatif. Karena puasa itu alat pengendali. Kedua adalah fungsi konfirmatif, yaitu penguatan keislaman dan menegaskan identitas diri. ”Ini penting karena seringkali hal itu lemah. Sehingga pandangan non-Islam kita bisa dimainkan secara politik,” jelas Muchlis.
(Baca ini juga: Inilah yang Diperbolehkan Tidak Puasa Ramadhan dan Cara Menggantinya)
Ketiga adalah fungsi purifikatif. Yaitu, fungsi pemurnian, pembersihan diri dari racun-racun hati. Seperti sirik, fasiq dan nifaq. ”Yang terakhir, keempat adalah fungsi iluminatif yang artinya pencerahan batin atau peneguhan jiwa. Yakni, menjadikan orang yang berpuasa menjadi manusia yang bertaqwa, mengerti , bersyukur dan cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual,” terangnya.
Puasa, sebut Muchlis bisa mengendalikan 4 karakter dasar manusia. Mulai diri rubuiyah atau sifat ketuhanan, bahimiyah atau sifat kebinatangan, sabuiyah atau sifat kebuasan dan syaithoniyah atau sifat yang menyerupai syaitan.(uzlifah/aan)