
Pekerjaan Memberi Rezeki dan Harga Diri, Kołom oleh Ustadz Nur Cholis Huda MSi, Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
PWMU.CO – Laki-laki itu melangkah dengan gontai. Wajahnya kusut. “Apa yang terjadi?” tanya istrinya.
“Aku terkena PHK. Ada pengurangan tenaga. Yang tersisa pegawai lama, para senior. Yang tidak senior semua kena PHK. Ada 56 orang. Perusahaan memang sedang tidak sehat,” jawab suami.
“Kok mendadak?” tanya istrinya.
“Tidak mendadak. Sudah diberitahu sejak empat bulan lalu. Cuma saya tidak bilang karena berharap saya tidak termasuk yang terkena PHK karena saya bagian pengelola data yang tenaganya terbatas. Ternyata kena juga. Jangan bilang pada siapa pun sampai aku dapat pekerjaan lagi.”
Memang tidak ada yang tahu. Termasuk anaknya sendiri tidak tahu. Hari pertama di rumah dia bilang lagi cuti. Hari kedua ketika tetangga bertanya juga dijawab masih cuti. Tetapi dia berpikir orang cuti itu ada batasnya. Lazimnya tiga atau emat hari. Cuti paling lama dua pekan. Itu juga jarang. Bagaimana jika hari-hari berikutnya tetangga bertanya? Menjadi aneh kalau dia masih menjawab cuti.
Kini dia merasa harga dirinya mulai terganggu. Setiap pertanyaan tentang dirinya yang terus di rumah terasa mengenai langsung pada harga diri. Dia pun berusaha menghindari pertanyaan itu. Maka diputuskan setiap pagi dia harus keluar dari rumah. Pergi ke mana saja asalkan tidak di rumah. Dengan demikian orang menganggap dia bekerja. Lalu ke mana dia pergi?
Mula-mula keliling kota dengan sepeda motornya. Kemudian agak siang ketika toko sudah buka dia masuk dan keluar dari toko ke toko. Terakhir biasanya ke toko buku atau perpustakaan. Menjelang jam dua siang dia pulang.
Lama-lama dia bosan dan tidak enak pada penjaga toko. Penjaga toko nanti tentu hafal karena setiap hari muncul dan tidak pernah membeli. Dia berpikir ke mana lagi harus menghindari sapaan teman dan tetangga? Akhirnya dia putuskan pergi ke Pantai. Kebetulan tempat tinggalnya dekat dengan pantai. Pagi pada jam kerja pergi ke pantai. Siang hari baru pulang.
Di pantai dia bisa melampiaskan kegundahan hati dengan bebas. Mau teriak-teriak tidak ada yang mendengar. Mau lempar-lempar batu ke laut tidak ada yang jadi korban. Tetapi istrinya mulai gelisah melihat kebiasaan suaminya. Dia takut keseimbangan jiwa suaminya bisa terganggu. Rasa bosan, stres, gelisah bila berlangsung dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan jiwa
Suami istri itu berkesimpulan bahwa pekerjaan bukan hanya memberi penghasilan tetapi juga memberi harga diri. Orang yang tidak punya pekerjaan bukan saja tidak punya sumber penghasilan tetapi juga kehilangan harga diri.
Untunglah tiga bulan kemudian dia dapat panggilan dari kantor lama. Tenaganya sebagai pengelola data dibutuhkan. Dia dipekerjakan kembali.
Baca sambungan di halaman 2: Menikmati Proses
Discussion about this post