PWMU.CO – Empat ciri orang beruntung disampaikan Ketua Majelis Tabligh PDM Sidoarjo Ustadz Hadi Sucipto di Masjid An-Nur Sidoarjo.
Menurutnya, setiap orang ingin beruntung, namun kita sering memahami keberuntungan itu dengan salah. Orang memahami bahwa orang yang beruntung itu kalau dia sudah sukses, menjadi orang kaya. “Sebagian orang memahami orang yang beruntung kalau sudah menjadi orang yang punya kedudukan tinggi, atau status sosialnya tinggi dia beruntung. Itu pemahaman yang salah,” ujar Ustadz Hadi mengawali khutbah Jumat di Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo, Jumat (2/9/23).
Tetapi, lanjutnya, apakah demikian konsep al-Quran tentang orang yang beruntung?. “Tentu tidak!” kata mubaligh kelahiran Lamongan tersebut.
Dia mengatakan, dalam beberapa literatur ayat dijelaskan, bagaimana orang yang beruntung. Setidaknya minimal yang dijelaskan ada empat. “Semoga kita semuanya kelak termasuk orang yang masuk dalam empat kategori orang yang beruntung,” harapnya.
Empat Ciri Orang Beruntung
Pertama, orang yang beruntung itu adalah orang yang beriman kepada Allah. Banyak orang kaya dan punya kedudukan tinggi, tetapi selama dia tidak mau beriman kepada Allah, maka seluruh amal-amalnya itu sia-sia, baik di akhirat maupun di dunia.
“Karena iman itu sangat penting. Imanlah yang mengikat seluruh amal ini. Iman itu meyakini bahwa tidak ada Tuhan di alam jagat raya ini yang berhak disembah kecuali Allah,” tegasnya.
Allah, lanjutnya, yang mengatur seluruhnya, baik hidup, mati, rezeki, miskin, kaya, dan kedudukan seseorang. “Orang beriman meyakini demikian sehingga orang beriman ini dalam hidupnya selalu mengatakan seluruh aspek hidupnya ini hanya untuk Allah. Kerjanya untuk Allah, badannya untuk Allah. Ini keyakinan orang beriman, dan ini mesti orang yang beruntung,” paparnya.
Orang beruntung yang kedua adalah orang yang beramal shalih. Iman itu letaknya di hati, diungkap di dalam lisan, tetapi bukti orang yang beriman itu pasti disertai dengan amal shalih. Ada banyak orang yang mengerjakan amalan shalih, tapi kalau dia tidak beriman maka dia tidak beruntung.
“Banyak orang non muslim yang suka bersedekah. Di tempat saya ada orang non muslim datang kepada saya. Ustadz saya ingin ikut berbagi membangun masjid. Dia kirim beberapa sak semen. Kita terima. Ini contoh orang baik tapi tidak beriman,” kisahnya.
Berilmu dan Bersyukur
Namun ada pula orang beriman tapi tidak beramal shalih. Ada orang yang mengatakan aku ini beriman kepada Allah, tapi Allah mengatakan dia tidak beriman. Dia tidak beriman karena tidak dibuktikan dengan amal shalih. “Oleh karena itu kalau ingin menjadi orang yang beruntung, dia beriman lalu dibuktikan dengan amalan yang shalih,” lanjutnya.
Ketiga, orang yang beruntung itu adalah orang yang memiliki ilmu. Ilmu bergandengan dengan amal shalih. Amal shalih bergandengan dengan iman. Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu. “Mengapa ilmu ini harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman? Agar ibadahnya tepat, agar dia tidak salah melangkahkan kaki. Jangan sampai kemudian kita merasa menjadi orang yang baik di dunia tetapi di akhirat kita menjadi orang yang merugi,” jelasnya.
Keempat, orang yang beruntung adalah orang yang bersyukur. Orang yang bersyukur tak akan mengeluh. Orang bersyukur pasti berkata baik. “La insyakartum laazidannakum walainkafartum inna adzabi lasyadid. Jika kamu bersyukur atas nikmatku pasti akan aku tambah, tetapi jika kamu ingkar, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,” pungkasnya.
Penulis Ernam. Editor Darul Setiawan.