Uang Jokowi
Transaksi di Mekah dan Madinah ternyata menggunakan dua mata uang. Ini juga baru bagi saya. Bukan uangnya tetapi cara pedagang bertransaksi dengan pembeli dari Indonesia. Dengan, “Ini murah, ini bagus, hanya seratus” teriak pedagang. Itu artinya seratus real. Tapi kali lain dia menawarkan: “Ini sangat murah, hanya dua ratus uang Jokowi.” Artinya dua ratus ribu rupiah.
Sebaliknya orang Indonesia jika menawar juga mengatakan; “150 ribu uang Jokowi?” Pedagang menjawab: “Ya, Jokowi”. Maka pembayaran dilakukan dengan uang rupiah. Para pedagang menerima pembayaran uang rupiah. Kadang pedagang menawarkan dengan harga real. Lalu orang Indonesia minta kurs itu dikonversi ke rupiah untuk menjajaki mahal atau tidak. Dengan mudah pedagang dan pembeli menggunakan kalkulator. Maka kurs uang dari real ke rupiah akan diketahui dengan mudah. Uang rupiah kita tidak ada yang bergambar Jokowi tetapi tetap disebut uang Jokowi. Hebat Pak Jokowi.
“Sebagai lansia saya harus hemat tenaga. Maka saya pilih sai dengan nyewa motor listrik. Tidak mahal hanya 112 real untuk berdua. Asyik juga.”
Dari Madinah Mekah kini sudah ada kereta cepat. Sudah beberapa tahun belakangan. Tapi baru bagi saya. Biasanya naik bus dari Madinah ke Mekah butuh waktu paling cepat lima jam. Dengan kereta cepat bisa kurang dari separuh, dua setengah jam saja. Sejak awal saya daftar naik kereta. Ongkos sekitar Rp 800 ribu. Ternyata jamaah umrah 92 orang semuanya naik kereta, gratis dari travel Relasi Wisata. Madinah-Mekah kereta tidak berhenti di tengah jalan. Termasuk tidak berhenti di Jeddah. “Kita sudah naik kereta cepat tanpa nunggu kereta cepat Jokowi,” celetuk usil jamaah.
Kami sampai Mekah menjelang Isya. Istirahat sebentar. Jam 21.30 mulai thawaf. Padat sekali. Sekitar jam 24.00 baru selesai thawaf. Belum sai Shafa dan Marwa. Badan sudah capek sekali. Sebagai lansia saya harus hemat tenaga. Maka saya pilih sai dengan nyewa motor listrik. Tidak mahal hanya 112 real untuk berdua. Asyik juga. Selesai sai dan gunting rambut maka selesai umrah. Kami pulang dengan hati riang. Melepas kain ihram dan berganti pakaian biasa.
Baca sambungan di halaman 3: Dua Museum