PWMU.CO – Bertamu ke sesepuh PCM Panceng, Dhimam SF, dilakukan dosen Universitas Muhammadiyah Gresik Hadi Ismanto MM.
Hadi Ismanto bertamu ke rumah sesepuh Muhammadiyah Dhimam SF di Banyutengah, Kamis (5/10/2023).
”Agar warga Persyarikatan Muhammadiyah Panceng tetap utuh, kompak, semangat, maka harus mengadakan pertemuan rutin antara pimpinan dan anggota,” kata Dhimam SF, mantan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Panceng.
Dhimam SF memegang Ketua PCM Panceng mulai tahun 1980. Didampingi Cholil Hamid sebagai sekretaris. Saat pelantikan mengundang Ketuan Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH AR Fachruddin.
”Setiap kali mengadakan Musyawarah Cabang, saya minta berulang kali agar digantikan yang muda, tapi tidak ada yang mau, terpaksa saya jalani hingga tahun 2000 karena itu merupakan panggilan dakwah,” kenang Dhimam.
Hadi Ismanto aktivis Muhammadiyah Panceng. Pernah menjadi Ketua Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah (PRPM) Campurejo periode 2003-2006.
Kemudian dia masuk jajaran Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Panceng (PCPM) menjadi wakil ketua.
Juga pernah menjabat anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PCM Panceng periode 2015-2020. Sekarang Hadi menjadi dosen Kewirausahaan UMG.
Dia punya program bertamu ke sesepuh Muhammadiyah untuk mempererat tali silaturahmi dan menggali sejarah Muhammadiyah.
Saat berkunjung ke rumah Dhimam SF juga ditemui istrinya yang pernah menjabat ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Panceng.
Pak Dhimam bercerita, dia merupakan ketua PCM Panceng ketiga setelah Said dan Syafii. Dua orang ini warga Campurejo.
Dhimam sendiri bukan asli Panceng tapi berasal dari Pangkah. ”Waktu itu saya ditunjuk oleh teman-teman untuk menjadi ketua PCM Panceng padahal saya bukan orang Panceng. Baru beberapa tahun keudian tinggal di Banyutengah Panceng ini. Jadi agak berat menerimanya waktu itu,” jelasnya.
Zaman awal PCM Panceng berdiri tahun 1960 administrasi belum tertata rapi. Kondisi politik juga panas akibat gerakan provokasi orang PKI terhadap umat Islam. Hingga meletus Gerakan 30 September situasi politik makin kacau.
Dalam obrolan santai tersebut, Hadi Ismanto bertanya cara dakwah Muhammadiyah menghadapi masyarakat Panceng yang tradisionalis.
Dhimam menjawab, ketika berkomunikasi dengan masyarakat harus dengan kalimat-kalimat yang bijak dan menentramkan hatinya.
“Tidak menyalahkan dan mengharamkan masalah fikih, karena sudah tidak zamannya lagi mengklaim kebenaran masing-masing, apalagi masalah furu’iyah,” terangnya.
Di masa kepemimpinannya bisa membeli tanah untuk Gedung Dakwah Muhammadiyah Panceng. Gedung ini menjadi pusat dakwah dan kegiatan Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Ortom.
Kemudian memperluas dakwah Muhammadiyah dengan mendirikan Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) baru di desa-desa yang belum ada PRM. Sekarang sudah berdiri 10 PRA dan PRA di Kecamatan Panceng.
Program kegiatan seperti tabligh dan memberi bantuan kepada fakir miskin. Uang diperoleh dari infak dan sedekah. ”Kegiatan ini berdampak positif untuk perkembangan Muhammadiyah di Panceng,” kata Dhimam.
Penulis Nurkhan Editor Sugeng Purwanto