PWMU.CO – Dosa yang berpindah tangan menjadi salah satu bahasan Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah (PagiMu) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Surabaya.
Menghadirkan Ustadz Abdul Basit Lc MPdI, Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Acara bertempat di Perguruan Muhammadiyah Pucang Surabaya, Ahad (22/10/2023).
Ustadz Abdul Basit mengawali kajian dengan sebuah renungan, bagaimana kalau non muslim beramal saleh? Bagaimana kalau bukan Islam tapi berbuat baik? Lalu dibahas, bahwa orang non muslim kalau beramal shalih sama sekali tidak mendapatkan pahala dari Allah swt.
“Amal kebaikan itu mendapatkan manfaat tapi tidak berpahala perbuatan yang dilakukan orang yang tidak beriman kepada Allah,” jelasnya.
Dia menambahkan, perumpamaan orang tak beriman tapi berbuat baik adalah debu di batu licin lalu diterpa angin kencang.
“Kalau ada orang yang beramal shalih tapi tidak beriman itu ngedabrus. Tak ada pahalanya,” terangnya.
Ustadz Abdul Basit menegaskan ada empat landasan amal saleh dapat bermanfaat, berpahala, dan sah. Yang pertama dilandasi iman kepada Allah swt, kedua, ikhlas semata mengharapkan ridho Allah, dan ketiga semua amal mengikuti Rasulullah Muhammad saw atau ittibak rasul.
“Yang keempat adalah amal kita harus diteliti tidak dicampuri syirik. Karena Allah tidak mengampuni dosa syirik ini,” katanya.
Ustadz Abdul Basit menegaskan, ada pahala yang pindah tangan di akhirat kelak. Kok bisa? Bisa, karena yang kita berbuat baik tapi juga berbuat zalim. Pahala berpindah tangan pahala itu adalah kita sendiri yang menyebabkan, bukan orang lain.
“Menyakiti orang, menzalimi orang itulah yang membuat pahala kita pindah. Dosa sesama hamba tidak Allah ampuni kecuali diselesaikan sesama hamba,” ujarnya.
Harus dipahami ternyata yang dihisab pertama kali adalah urusan sesama hamba. Shalat itu urusan pribadi, memang itu dihisab pertama soal pribadi. Tapi soal sosial yang pertama dihisab adalah urusan sesama hamba Allah.
“Allah melihat hubungan sesama. Selama di dunia suka menzalimi, saling membunuh, itu yang dihisab pertama,” katanya.
Di akhir kajian Ustadz Abdul Basit bertanya retoris kepada jamaah menirukan Nabi Muhammad saw bertanya kepada para sahabatnya. Siapa sejatinya yang bangkrut? Dijawab sahabat. Ialah dia yang tidak punya apa-apa, tidak punya kekayaan harta benda. Tapi bukan itu kata Rasulullah.
“Kata Rasulullah: Orang bangkrut itu adalah orang yang ketika datang di hadapan Allah dia membawa shalat haji puasa. Tapi dia juga membawa Masalah selama di dunia. Segala varian kezaliman dilakukan,” kisahnya.
Apa yang terjadi? Maka orang yang dizalimi akan menerima kebaikan, sedangkan orang yang yang menzalimi menukar degan keburukan. Maka pahala yang dibawa itu pindah tangan.
“Jangan menzalimi orang. Kita harus banyak menolong orang lain.” pesannya.
Ditegaskan, dosa kita ke Allah itu obatnya astaghfirullah adhim, lalu memperbaiki diri. Tapi dosa kita pada sesama hamba Allah itu ditunggu sampai akhirat oleh Allah. Kalau sampai mati tak dimaafkan maka Allah SWT pun tak akan memaafkan.
“Kita jangan menzalimi. Nabi saja tak pernah menzalimi sesama, mencela saja tidak,” pungkasnya.
Salah satu jamaah PagiMu Lina Rahma Wati SAk mengatakan, yang berat dari manusia itu adalah baper atau bawa perasaan. Padahal tidak semua perilaku orang bermaksud tertuju ke kita.
“Menurut saya kajian ini bagus. Membuka mata hati saya agar selalu ikhlas dalam berbuat dan tidak baperan,” kesan karyawan Bagian Keuangan SD Muhammadiyah 4 Surabaya itu. (*)
Penulis Mulyanto Editor Sugeng Purwanto