PWMU.CO – Jamaah haji memperoleh makanan seafood berupa tiga helai ikan teri dan segenggam sambal diungkapkan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr H Syamsudin MAg.
Dia mengemukakan hal itu pada Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah (LPHU) PWM Jawa Timur di Aul Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV No 1, Surabaya, Sabtu (2/12/2023).
Syamsudin menceritakan pada tahun 2013 sebelum berangkat haji, viral di media massa bahwa calon jamaah haji Indonesia akan memperoleh satu makanan khas Indonesia yaitu seafood.
“Betul dapat seafood jadi rame di media massa. Namanya seafood itu juga helai ikan teri ditambahi sambel sak gegem, Ya memang nggak salah teri itu seafood tapi tiga helai ikan teri itu bermasalah,“ ujarnya.
Dosen UINSA Surabaya ini juga berdiskusi dengan salah satu pihak katering maktab mengenai masalah itu.“Kok bisa jamaah haji itu nggak gratis loh ke sini, bayar ada yang jual sapi, kambing, sawah. Hanya pengin berangkat haji kok dapat ikan teri tiga helai itu, gimana ceritanya,” kata Syamsudin menirukan orang tersebut.
“Dia mengatakan begini nggak tahu benar apa tidak, ‘Pak seandainya anggaran konsumsi jamaah haji yang nyampe ke rekanan itu 50 persen saja makannya itu begini Pak ngganteng makannya. Dari yang dicrop di gedung DPR yang nyampe di rekanan itu 35 persen walaupun laporannya harus 100 persen. Kita ini kerja Pak ya, juga pengin dapet untung ya kan harus menyesuaikan antara duit yang kita terima dengan yang kita berikan kepada jamaah. Ndak usah 60 persen 70 persen, yang nyampe ke rekanan ke katering itu 50 persen saja makannya jamaah haji itu sudah ngganteng gitu’,” ungkap Syamsudin menirukan.
Lebih lanjut Syamsudin mengatakan, kita tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak mempunyai otoritas untuk membuat ketentuan. “Ya tapi kan kita nggak bisa ‘kan. Kita bukan dalam posisi pembuat kebijakan dalam posisi objek, cuma seperti itu faktanya,” ujarnya.
Syamsudin berharap semoga ke depan banyak kader Muhammadiyah yang menjadi anggota DPR. “Jadi mungkin ini, makanya kalau banyak kader Muhammadiyah yang menjadi anggota DPR, bisa bicara di forum-forum pembuatan kebijakan. Saya doakan menjadi DPR semua, amin,” katanya.
Makan Tiga Kali
Dikonfirmasi PWMU.CO, Syamsudin menjelaskan, cerita yang dia sampaikan itu terjadi pada tahun 2013. “Alhamdulillah kini pelayanan pemerintah pada jamaah sudah semakin bagus,” katanya.
Mengutip Direktur Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah Kementerian Agama Prof Hilman Latief MA PhDpada tahun 2023, jamaah haji regular sudah mendapat makan tiga kali: pagi, siang, dan malam.
Dia menjelaskan, awalnya tidak ada rencana makan pagi pada haji tahun lalu. Namun pihaknya berjuang habis-habisan, sampai berusaha pindah hotel agar bisa masuk anggaran untuk makan pagi.
Menurut Hilman tidak mungkin jika para jamaah tidak dikasih makan pagi. “Apakah tidak kita kasih makan? Penuh risiko. Tidak ada anggaran, kita carikan. yang penting ada asupan,” ujarnya saat menjadi narasumber Seminar Problematika Haji 1445 Hijriah dalam Rakorwil LPHU PWM Jatim, Sabtu (2/12/2023).
Meski sudah pihaknya usahakan, nyatanya kualitas makan pagi tidak seperti makan siang dan makan malam. “Tidak semua berhasil mendapat persepsi publik yang baik. Pilihannya tidak makan atau makan sedapatnya lalu kita dicaci maki,” ungkap pria kelahiran Tasikmalaya, 25 September 1975 ini.
Dia juga mengingat kala dia dan Menag dapat bulyyan luar biasa dari jamaah haji Indonesia. “Layanan makan siang dan makan malam kita hancur karena kita ingin ada sesuatu yang bisa dimakan pagi hari oleh jamaah,” imbuhnya. (*)
Penulis Nabillah Amira Firdausi Editor Mohammad Nurfatoni