Jihad Politik, Menyandingkan Malaikat dengan Setan oleh Abu Nasir, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pasuruan.
PWMU.CO – Seorang jamaah bertanya usai mendengarkan ceramah saya: ”Ustadz tadi berbicara kepemimpinan dalam Islam seolah mengajak jamaah untuk memilih pasangan Anis Baswedan-Muhaimin. Apa benar?”
Saya menjawab,”Apakah saya menyebut nama keduanya?”
”Tidak,” jawabnya.
Ini tentang idealisme.
Di tempat lain saya berbicara pentingnya umat Islam mengambil peran politik di tengah hegemoni oligarkhi.
Lagi-lagi ada jamaah yang protes. ”Ustadz tidak adil. Tadi menyebut nama Ganjar dan Prabowo, tapi tidak menyebut nama Anies. Jangan-jangan ustadz mendukung Ganjar dan Prabowo?”
Saya balik bertanya. ”Apakah saya menganjurkan memilih keduanya?”
”Tidak,” jawabnya.
Ini tentang realitas politik.
Era Politik Absurd
Pilpres adalah soal pilihan. Letaknya di hati. Itu baru ditentukan tanggal 14 Februari 2024 nanti. Semuanya masih terbuka, Pasangan capres-cawapres nomor urut 1, 2 ataupun 3 memiliki peluang sama untuk memenangkan kontestasi ini.
Kalkulasinya pada persoalan realitas dan idealisme tadi. Seringkali realitas jauh lebih kuat dan menyata dari idealisme. Kita tidak sekadar hidup di dunia ide. Kita hidup dalam dunia realitas.
Dalam politik semua kemungkinan bisa terjadi. Realitas empiris bisa dengan cepat mengubah segalanya. Kawan dan lawan seringkali hanya sesaat belaka.
Politik adalah realitas absurd. Realitas yang nyaris membuat akal pikiran tumpul. Seorang profesor sejarah dan peradaban bisa bicara muru-muru tentang idealisme kepemimpinan dan kewajiban menegakkan keadilan.
Pada saat sama pemimpin yang sedang berkuasa bisa dengan mudahnya mengubah undang-undang sesuai keinginannya tanpa merasa dosa menginjak keadilan dan nalar sehat.
Bayangkan, dalam waktu singkat realitas politik mengubah dua sosok mudah munggah amben menjadi ketua partai dan calon wakil presiden!
Tidak semua anak muda bisa mendapatkan kesempatan dan posisi itu. Tidak juga semua anak presiden bisa mendapatkan hal sama. Tapi Kaesang dan Gibran beda. Mereka anak Jokowi. Presiden Indonesia.
Percaya atau tidak Indonesia sedang menuju orde absurditas politik. Aspek-aspek legal tereduksi oleh nafsu. Moral dan etika terabaikan oleh kuasa.
Absurditas dalam pandangan Albert Camus menunjukkan adanya ketidakpastian antara pikiran manusia dan realitasnya.
Manusia selalu memikirkan dan berbicara konsep ideal kehidupan tetapi pemikiran manusia ini mesti tidak sesuai dengan apa yang terjadi.
Manusia merindukan keadilan dan kebenaran universal sedangkan dunia hanya sebuah misteri.
Seabsurd-absurdnya kehidupan, Camus menyarankan agar manusia tidak lari darinya. Manusia yang lari dari kehidupannya adalah pecundang. Satu-satunya cara menyikapi absurditas kehidupan adalah dengan menghadapinya.
Asa Setan
Setan hari ini sedang berpesta. Hari ketika setan menemukan momentum tepat menyalurkan hasrat bermusuhan antara menusia satu dengan lainnya.
Saat segala sumpah serapah, caci maki dan fitnah tersembur tanpa jaring pengaman di tengah sanjung puja kepada para capres-cawapres dari para pendukungnya.
Tanpa kontestasi saja manusia begitu mudah terjebak provokasi setan, apalagi dengan adanya kontestasi. Pastilah terbuka luas peluang mengadu domba di antara sesama.
Setan boleh menyerah dan berputus asa dari hamba yang shalat, mengaji, dan berderma, tapi tidak akan pernah berputus asa dari upaya merusak hubungan di antara hambanya.
Dalam sebuah hadits muslim, Rasulullah bersabda:
إن الشَّيطان قد يَئِسَ أن يَعْبُدَه المُصَلُّون في جَزيرة العَرب، ولكن في التَّحْرِيشِ بينهم
”Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di jazirah Arab, akan tetapi dia tidak pernah berputus asa dari upaya mengadu domba di antara mereka.”
Setan tahu Allah swt tidak akan mempersatukan dan membuat manusia bersaudara meskipun Dia berkuasa untuk itu. Manusia sendiri akan selalu bermusuh-musuhan di antara mereka.
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. (Hud: 118 )
Watak berselisih dijadikan batu ujian bagi manusia untuk memperoleh derajat tinggi di hadapan sang Pencipta. Hanya orang-orang yang mendapatkan rahmatNya yang tidak goyah oleh bujuk rayu setan sehingga manusia tidak jatuh ke dalam permusuhan.
Juru Damai
Islam adalah agama damai. Umat Islam adalah juru damai. Permusuhan bukanlah watak Islam dan umatnya.
Sikap hidup damai dan mendamaikan adalah tugas mulia setiap muslim.
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ Perdamaian itu lebih baik.
خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (An-Nisa: 114)
Allah perintahkan agar hambaNya senantiasa memperbaiki hubungan di antara sesama. فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara kalian. (Al-Anfal: 1)
Allah perintahkan untuk mendamaikan orang yang bersilisih dan bermusuhan.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ
Kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya. (Al-Hujurat: 9). Karena itu adalah benar benar perintahNya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Al-Hujurat: 10).
Mendamaikan di antara sesama adalah perkara lebih utama dibanding puasa, shalat dan sedekah.
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ؟قَالُوا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ، وَفَسَادُ ذَاتِ الْبَيْنِ الْحَالِقَةُ
Maukah kalian aku beritahu suatu hal yang lebih utama dari pada derajat puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat berkata: tentu ya Rasulullah, beliapun bersabda: Yaitu mendamaikan perselisihan, karena karakter perselisihan itu membinasakan.” (HR Abu Daud).
Mengingat pentingnya perdamaian, maka upaya dan segala langkah seseorang untuk merealisasikannya termasuk hal terpuji dan membuahkan pahala, meskipun ia terpaksa berdusta:
عن أم كلثوم بنت عقبة بن أبي معيط أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو يقول: «لَيْسَ الكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، فَيَنْمِي خَيْرًا، أَوْ يَقُولُ خَيْرًا
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Mu’aith, ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidak termasuk berdusta orang yang mendamaikan manusia, yaitu dia menyampaikan kebaikan (untuk mendamaikan) atau mengatakan kebaikan. (HR Bukhari Muslim)
Jipolmu
Jihad Politik Muhammadiyah populer disebut Jipolmu. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo menguak gagasan jihad politik di parlemen.
Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 melontarkan diaspora kader ke berbagai lini kehidupan politik secara praktis baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif sebagai bagian dari dakwah.
Jipolmu dimatangkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) di UMY tanggal 29 September – 1 Oktober 2023 tentang program satu dapil satu kader Muhammadiyah.
PWM Jatim kemudian menerbitkan SK Nomor 397/KEP/II.0/D/2023 tentang tim pemenangan calon legislatif kader Muhammadiyah Jawa Timur dalam Pemilu 2024.
Terbaca dengan jelas tugas dan kewenangan tim adalah merencanakan, melaksanakan dan mengoordinasikan seluruh kegiatan dalam upaya pemenangan pemilihan anggota legislatif DPR dan DPRD.
Tentu ini bukan tanpa masalah. Memilih satu kader pasti tidak mudah. Diaspora kader mengandung konsekuensi terdistribusikannya kader Muhammadiyah ke dalam berbagai parpol dan afilisiasi pasangan capres cawapres.
Siapa yang didahulukan? Kriteria apa yang bisa diterima semuanya? Apa yang bisa menjamin pilihan kader itu objektif? Lagi-lagi terjadi dialektika antara idealisme dan realitas.
Jipolmu merupakan jihad di bidang politik. Jihad sendiri mengandung pengertian bersusah payah, sungguh sungguh dan rela berkorban.
Sementara politik dalam pandangan Plato adalah nafsu merebut kekuasaan dengan mengerahkan akal pikiran dengan spirit keberanian.
Peletak dasar keilmuan politik Islam Imam al-Mawardi menekankan bahwa pemimpin negara merupakan instrumen untuk melanjutkan misi kenabian guna menjaga dan menegakkan ajaran agama dan mengatur dunia.
Dalam konteks ini antara jihad dan politik bisa jadi berjalan seiring sepanjang dijalankan di atas misi tersebut.
Jihad politik seyogyanya tidak membuat semua pihak saling bermusuhan meskipun ada perbedaan pandangan dan pilihan. Jihad adalah sakralitas sebuah perjuangan yang berorientasi ukhrawiyah. Banyak malaikat menjadi penguat.
Sementara politik adalah persoalan duniawiyah penuh nafsu kekuasaan yang absurd. Banyak setan mengerubunginya.
Betapa rapuhnya jika hanya karena urusan dunia yang dalam bahasa lain sebagai hal yang main-main membuat sesama manusia bermusuhan.
Sungguh-sungguhlah bermain karena ini permainan yang sesungguhnya. Tapi sesungguh- sungguhnya bermain tetaplah ini permainan, maka jangan sampai membuat bengkerengan dan bermusuhan.
Bermainlah dengan serius tapi tetap dengan hati dingin dan bibir tersenyum. Absurditas politik membutuhkan senyuman kita. Sesinis apapun senyuman itu.
Editor Sugeng Purwanto