PWMU.CO – Haedar Nashir mengajak jamaah menjadikan beramal shaleh sebagai kesenangan. Ajakan ini mencuat saat Prof Dr Haedar Nashir MSi, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, berkisah Abu Bakar ketika diangkat sebagai khalifah pertama setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Buya Haedar awalnya menerangkan, di masa kepemimpinan Abu Bakar mulai ada oknum yang tidak mau bayar zakat sampai kemudian diperangi. Dari kejadian itu, Prof Haedar mengambil pelajaran, nafsu manusia tidak bisa mudawamah (rutin) jika tidak terus-menerus tersinari oleh nilai-nilai ajaran Islam.
“Apalagi yang menyangkut zakat, infak, sedekah. Hukum harta itu selalu ingin masuk dan tidak ingin keluar kecuali yang menyenangkan dirinya,” terangnya.
Prof Haedar mencontohkan, kalau pergi ke mall, ke pusat rekreasi, yang semula anggarannya Rp 500 ribu, nggak terasa jadi Rp 1 juta. Dari anggaran Rp 100 ribu jadi Rp 300 ribu. Padahal sebaliknya jika menyangkut berinfak. Jika yang terambil di dompet bernominal besar, maka biasanya justru memasukkan lagi dan mencari yang nominal lebih kecil.
Maka Prof Haedar menyarankan, bikinlah kesenangan untuk beramal saleh. Dia pun teringat candaan Ketua Umum PP Muhammadiyah ke-11 AR Fachruddin. Ketika ada yang sakit atau dibawa ke dokter, ambilkan saja uang Rp 500 ribu.
“Kipas-kipas kan itu di depan orang pingsan, langsung siuman, tergantung pingsannya,” candanya menirukan Pak AR. Dia berseloroh untuk menyasar jantung hati orang-orang yang terlalu hubbud dunya. Hubbud dunya adalah cinta dunia yang menyebabkan manusia lupa pada Allah SWT.
“Maka urusan dunia itu manfaatkan sebaik-baiknya tapi tetap kita harus ambil jarak yang disebut nilai atau makna,” tuturnya di hadapan para jamaah laki-laki di lantai 1 sedangkan jamaah perempuan di lantai 2 Masjid Manarul Islam Sawojajar, Kota Malang, Ahad (31/12/2023) pagi.
Prof Haedar lantas mengingatkan, hidup tidak selamanya sukses. “Saat sukses kita tasyakur dan jangan sampai takabur. Saat gagal, kita sabar dan jangan ngamuk apalagi menyalahkan nasib,” ajaknya saat mengisi Ceramah Kebangsaan Tabligh Akbar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Malang.
Tapi jika terus-menerus kalah, perlu ambil langkah lain. Buya Haedar mengajak para jamaah untuk merefleksikan nasib umat Islam yang kalah terus.
“Harusnya berorientasi dan berrefleksi kenapa kalah terus. Karena hanya di lingkungan sendiri, modalnya hanya semangat saja tapi tidak menarik simpati orang, tidak menebar kebaikan bagi orang banyak, bahkan memusuhi orang banyak,” paparnya. (*)
Penulis Fatimah az Zahro Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post