PWMU.CO – Rektor UMAM Prof Dr Waluyo Adi Siswanto mendapat penghormatan menyertai Kayuhan Sepeda yang diadakan pada Ahad (7/1/2024). Dia ditemani dua dosen Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) yaitu Rai Rake Setyawan PhD dan Afriadi Sanusi PhD.
Kayuhan Sepeda diketuai oleh Raja Muda Perlis DYTM Tuanku Syed Faizuddin Putra Ibni Tuanku Syed Sirajuddin Jamalullail. Kegiatan ini diadakan secara berkala oleh Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis MAIPs.
Di samping diikuti oleh para ketua Jabatan institusi pemerintahan Negeri Perlis, Kayuhan Sepeda juga disertai oleh Mufti Negeri Perlis YBhg Sahibus Samahah Dato’ Arif Perkasa Profesor Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin atau yang dikenal dengan Dr Maza.
Kayuhan bertujuan untuk mencari orang-orang kampung yang miskin untuk diberi bantuan bahkan dibuatkan rumah baru oleh Kerajaan Negeri Perlis.
Jarak tempuh Kayuhan Sepeda kali ini adalah 10 kilometer, melewati berbagai kampung yang berada di tengah sawah padi dan tanaman mangga harum manis yang masih asri.
Waluyo Adi Siswanto menjelaskan, penyertaan UMAM dalam Kayuhan Sepeda ini menjadi bukti UMAM telah diakui sebagai bahagian dari para pimpinan jabatan yang sejajar dengan institusi lainnya.
“Ini juga membawa makna UMAM telah menjadi bagian masyarakat Negeri Perlis yang diakui dan diterima oleh masyarakat dan oleh pimpinan tertinggi kerajaan Perlis,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, UMAM adalah satu-satunya universitas yang berasal dari Indonesia yang berdiri di luar negeri.
UMAM juga universitas Muhammadiyah pertama yang berada di luar negari karena sampai saat ini belum ada cabang UI, UGM, ITB, atau universitas Indonesia lainnya di luar negari.
Sejauh ini terdapat sekolah Muhammadiyah di Australia (Muhammadiyah Australia College) dan juga terdapat sebuah perguruan tinggi Muhammadiyah di Singapura.
Namun yang di Singapura undang-undang tidak membenarkan ia berada di bawah Muhammadiyah secara organisatoris walaupun secara semangatnya ia adalah sama dengan Muhammadiyah Indonesia. (*)
Penulis Afriadi Sanusi Editor Mohammad Nurfatoni