PWMU.CO – Ratusan mahasiswa terlihat menggunakan kostum adat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Pemandangan itu merupakan bagian dari acara Seni dan Karawitan garapan Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 18 Januari 2024 lalu. Acara bertajuk Pagelaran Sandya Widangga ini menarik banyak perhatian karena menampilan puluhan kesenian.
Terkait pegaleran itu, Delora Jantung Amelia MPd, salah satu dosen, menjelaskan tutuan utama pagelaran ini untuk membangkitkan kreativitas para mahasiswa. Ada beberapa luaran yang diinginkan yakni melatih mahasiswa agar kreatif dalam mengeksplor kearifan lokal daerahnya masing-masing.
“Kami memilih tema kearifan lokal sebagai cara agar mereka berpikir dan mencari tahu adat istiadat masing-masing. Sekaligus mengenalkan kekhasan dari berbagai daerah,” ujarnya.
Pagelaran tahunan hasil kolaborasi dosen mata kuliah Kajian Seni dan Kajian Karawitan ini menampilkan seni rupa kriya, kreativitas batik, tari kreasi, dan aransemen karawitan.
Adapula kreativitas batik yang bercorak kearifan lokal. Bedanya, corak batik yang ditampilkan tidak hanya bersumber dari batik pakem saja, namun harus menampilkan corak setiap daerah.
Contohnya seperti NTB yang memiliki Uma Lengge yaitu bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dan lumbung. Mahasiswa akan menampilkan corak tersebut dan dituangkan ke dalam batik mereka.
Uniknya, pagelaran ini menampilkan hasil tari dan karawitan yang mereka aransemen secara mandiri. Mereka bebas berkreasi atas irama maupun gerakan tari yang akan dibawakannya.
Delora menelaskan, hal ini untuk melatih skill kreativitas dan keberanian yang mana akan dibutuhkan bagi tenaga pendidik. Khususnya bagi mereka tenaga pendidik sekolah dasar. Maka dari itu, mahasiswa PGSD dituntut agar dapat melakukan berbagai hal untuk melatih tingkat kepedulian dan mengeksplor kekayaan budaya nusantara.
Ke depan, Delora berharap agar pagelaran Seni Budaya dan Karawitan ini tak hanya ditujukan bagi mahasiswa saja. Tapi manfaatnya juga dapat dirasakan bagi warga luar UMM. “Nanti kami juga ingin mengundang para pegiat seni yang ada di luar UMM agar turut berkolaborasi,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu mahasiswa yang tampil, Norma Laksmi, mengaku senang dan tertantang dengan adanya pagelaran ini. Ia dan tim berhasi menampilkan karawitan hasil latihan selama dua bulan lamanya. Meski merasa grogi, tapi ia puas dengan penampilan yang dilakukan.
“Ini tentu menjadi cara yang bagus untuk melestarikan serta mengenalkan budaya. Apalagi anak-anak muda zaman sekarang banyak yang tidak peduli dengan kebudayaan Indonesia. Semoga ini menjadi inspirasi pihka lain untuk melakukan hal serupa,” tegas mahasiswa asal Tulungagung itu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni