PWMU.CO – Abdul Mu’ti hadir di Tulangan, jamaah yang hadir tumplek blek memadati kajian yang menghadirkan Sekum PP Muhammadiyah itu.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd hadir dalam Kajian Ahad Pagi Masjid Al-Mukhlishin RT 10 RW 02 Desa Kemantren, Tulangan, Sidoarjo, Ahad (18/2/24).
Ribuan jamaah yang berasal dari Kabupaten Sidoarjo sekitarnya tumplek ble. Panitia bahkan menyediakan 1500 lebih nasi kotak untuk jamaah yang hadir,
Mengawali kajian, Abdul Mu’ti membaca al-Quran Surat Ali Imran ayat 26:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu”.
Ayat di atas, kata Mu’ti, disunnahkan dibaca dalam dzikir pagi. “Ayat ini juga sangat sesuai dengan kondisi bangsa saat ini,” pesannya.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah 2002-2006 itu kemudian berpesan pada jamaah, bahwa jabatan dan kekuasaan adalah titipan dari Allah. “Maka seseorang tidak boleh jumawa atau sombong,” tuturnya.
Kisah Naik Angkot
Cendekiawan Muhammadiyah ini kemudian bercerita tentang pengalamannya saat naik angkot. Saat berada di dalam angkot, si sopir bilang geser. “Geser-geser yang pakai baju biru, kata si sopir. Dalam hati saya berkata, sopir ini tidak tahu siapa yang naik,” katanya disambut tawa jamaah.
Begitu juga saat ini, sambungnya, penguasa jangan sampai merasa paling kuat, bisa mengatur apapun, dengan kekuasaan merasa paling benar, paling kuat. “Semua jabatan yang kita sandang merupakan hiasan dunia saat kita meninggal tidak akan kita bawa,” pesannya pada jamaah.
Abdul Mu’ti melanjutkan, tiga inti pelajaran dari QS Ali ‘Imran ayat 26. Pertama, dengan Allah memberikan kekuasaan pada manusia, maka jangan merasa sombong dan bisa menguasai segala hal. “Karena Allah bisa mencabut kekuasaan manusia seketika atau sesuai kehendak-Nya,” paparnya.
Kedua, lanjut dia, Allah memberikan kekuasaan pada manusia untuk memuliakan kedudukannya di muka bumi. “Maka manusia yang diberi amanat kekuasaan jaga betul amanat itu, bekerjalah melayani rakyat dan jangan bekerja memperkaya diri maupun untuk keluarga,” paparnya.
Kekuasaan Menghinakan
Ketiga, sambungnya, Allah memberikan kekuasan pada manusia bisa juga akan menghinakan manusia. “Kenapa ini bisa terjadi? Karena orang yang diberi kekuasaan tidak amanah, memperkaya diri, mementingkan keluarganya dalam segala hal atau melakukan hal lain yang dibenci Allah,” jelasnya.
Di akhir kajian, Abdul Mu’ti berpesan pada warga Muhammadiyah, melihat suasana saat ini pasca hasil pemilu, bagaimana warga Muhammadiyah menyikapinya.
“Pertama tetap solid, harus rukun dan tidak gontok-gontokan walaupun beda pilihan. Toh pemilu sudah selesai, mari kita tunggu pengumuman resmi dari KPU 20 Maret nanti,” pesannya.
Kedua, warga Muhammadiyah harus menyebar atau berdiaspora dimana saja. “Karena kepentingan Muhammadiyah bisa diwakilkan di mana mereka berada,” pungkas Mu’ti. (*)
Penulis Sumardani. Editor Darul Setiawan.