PWMU.CO – Ratusan pelayat yang terdiri dari pimpinan dan kader Muhammadiyah, Pandu Hizbul Wathan (HW), tokoh politik, serta keluarga dan masyarakat umum memenuhi Makam Islam Tenggilis Surabaya, Senin (7/8) pagi. Mereka melepas kepergian tokoh Jatim Moeslimin BBA, yang wafat di usia 80 tahun, Ahad (6/8) petang di rumahnya: Perumahan YKP Rungkut Blok RL-2B/2 Surabaya.
Bendera Hizbul Wathan berwarna hijau kuning nampak menyelimuti peti jenazah. Sebagai kader tulen HW, sekaligus senior yang menjadi teladan para junior, Moeslimin pantas mendapat kehormatan itu, sebelum dilepas menghadap ke hadirat Allah, pemilik sejati hidup dan kehidupan ini.
Mantan Ketua Kwarda HW Kota Surabaya Akhwan Hamid menuturkan, almarhum adalah figur yang luar biasa. “Beliau pejuang HW yang tak kenal lelah,” ujarnya kepada PWMU.CO, Senin (7/8) siang.
(Baca: Penghargaan ‘Muhammadiyah Berkemajuan Award’ untuk Para Pejuang Persyarikatan Surabaya)
Menurutnya, pria kelahiran Surabaya, 11 September 1937 itu selalu di depan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi HW. “Dan beliau selalu memberikan solusi.” Selain itu, tutur Akhwan, Moeslimin suka memberi apresiasi pada para pelatih HW.
“Kami merasa kehilangan banget atas kepergian beliau. Semoga semua amal kebaikannya diterima oleh Allah, segala kesalahannya diampuni oleh-Nya. Semoga husnul khatimah,” doanya pada ayah dari 8 anak yaitu Arofatul Mahmudah, Azizatul Muslihah, Afifatul Maftuhah, Ashimatul Masniyah, Amilatul Musthofiyah, Aisyiatul Makhsusiyah, Khaled Abdillah, dan Miftakhul Arsyad.
Dengan puitis, Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim Muhammad Abduh juga memberikan testimoninya atas kepergian Moeslimin. “Mengenalmu adalah sebuah kebanggaan. Teringat tahun 1990 kami merasakan semangat ideologimu ketika mengisi acara Darul Arqom Dasar IMM Komisariat IAIN di PAYM Pacet Mojokerto,” kenang Abduh dalam akun Facebook-nya. “Sebagai peserta kami hanya bisa “melongo” ketika Mbah Mein—panggilan akrab Moeslimin—menjelaskan tentang pentingnya ideologi.”
(Baca juga: Pak Dirman HW Tulen)
“Kesederhanaan, lugas, dan semangat yang luar biasa, cukup memberi pukulan telak bagi kita kaum muda yang mulai kehilangan arah dalam memahami Persyarikatan ini. Selamat jalan sang Penyemangat. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang terbaik buat Mbah Mien dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, amin,” ungkap Abduh menggambarkan suami Aunur Rahmah ini.
Mubaligh Muhammadiyah Surabaya Musa Abdullah menjelakan bahwa Moeslimin adalah pendiri SMA Muhammadiyah 1 Kapasan Surabaya pada tahun 1967. Selain itu berbagai aktivitas sosial politik pernah dilakoninya termasuk menjadi Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur (1961-1972) dan wartawan wartawan Suara Rakyat (1961-1964).
(Baca juga: Kisah Unik dari Musywil HW: Singo yang Diantar Ibu Mertua, Diusung Ibu Asuh, dan Didukung Ibu Kandung)
Dia pernah terjun menjadi politisi PPP dan berhasil menjadi anggota DPRD Kota Surabaya (1982-1997) dan DPRD Provinsi Jatim (1997-1999). Di Gerakan Kepanduan HW, aktivitas terakhir almarhum adalah menjadi salah satu Ketua Kwartir Pusat periode 2010-2020. Selain itu dia juga menjabat sebagai Penasehat Kwarwil HW Jatim 2010-2020. Sebelumnya menjadi Wakil Ketua Kwartir (HW) Jatim (2005-2010).
Pendidikan yang ditempuh adalah Sekolah Rakyat (SR) 12 Surabaya (Lulus 1949), SMP Wijaya Kusuma (1951), SMA Trimurti Surabaya (1959), Akademi Administrasi Niaga Negeri (1972).
Bersama Asmara Hadi Jahi Liting, Moeslimin dikenal sebagai tokoh pembangkit Pandu HW di Jawa Timur. Pada November tahun 2016, dia mendapat Muhammadiyah Berkemajuan Award dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya.
Selamat jalan Ramanda Moeslimin. Semoga ini akhir yang baik. Amin. (Ferry Yudi AS)