Puasa Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental; Oleh Prof Dr A. Aziz Alimul Hidayat SKep Ns MKes, Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan, Guru Besar Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surabaya
PWMU.CO – Bulan Ramadhan bagi Muslim di seluruh dunia memiliki makna yang spesial. Selain di dalamnya penuh keberkahan, rahmat, dan ampunan dari Allah SWT, umat Islam pun beragam dalam menyambutnya, dengan penuh kegembiraan.
Namun ada hal yang perlu digali makna dari kehidupan dengan adanya bulan Ramadhan, tentunya melalui kewajiban untuk berpuasa sebulan penuh.
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak untuk merenungkan kembali makna puasa dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia. Saya ingin mencoba mengawali dari perintah puasa yang dikhususkan kepada orang-orang yang beriman.
Tentu perintah ini tidak dikhususkan pada umat Nabi Muhammad SAW saja, namun umat-umat sebelum Nabi Muhammad SAW. Dari sini ada hal yang dapat dibahas lebih dalam dari aspek keberlangsungan hidup manusia dari zaman ke zaman.
Saya ingin mengaitkan keberlangsungan hidup dengan kesehatan manusia. Apa kaitannya? Tentunya berkaitan dengan status kesehatan manusia. Jika manusia status kesehatannya tidak baik (berpenyakit) keberlangsungan hidupnya pun juga tidak terjaga atau berpotensi mengalami kematian—tentu tidak mengesampingkan kematian ada takdir Allah SWT.
Puasa adalah salah satu upaya untuk menjaga kesehatan manusia (keberlangsungan hidup). Ada tiga sehat yang perlu diuraikan sebagai dampak dari puasa, yaitu sehat fisik, psikologis, dan sosial.
Tiga unsur itu saya kutip dari definisi sehat menurut WHO. Menurut WHO sehat adalah kondisi sempurna (sejahtera) baik fisik, mental (psikologis), maupun sosial. Tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/catat. Pada tulisan ini saya ingin menjelaskan hubungan puasa dengan aspek fisik dan mental.
Puasa dan Sehat Fisik
Hubungan puasa dan sehat secara fisik telah banyak dijelaskan oleh berbagai tulisan dan ceramah. Ada hadits Nabi dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.” (HR Ath Thabrani dalam Mu’jam al Awsath).
Kalau dikaitkan dengan arti dalam bahasa Arab, puasa disebut juga saum atau siam. Kata ini berasal dari kata shaamu, yashuumu dan shauman wa shiyaaman. Artinya, puasa menurut bahasa adalah menahan, yakni menahan diri dari melakukan sesuatu.
Secara istilah puasa adalah meninggalkan makan, minum, hubungan seksual dan segala yang membatalkannya, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Artinya setiap orang yang tidak berpuasa tidak akan makan dan minum selama seharian (14-16 jam). Ini kalausaya lihat akan terjadi efek yang luar biasa pada kesehatan fisik, yakni akan terjadi penggunaan energi dari cadangan glikogen sebagai sumber energi utama beralih ke lemak. Jika lemak habis terpaksa memecah protein otot sebagai sumber energi.
Di sinilah penumpukan lemah tidak berlebih, sehingga sistem peredaran darah akan semakin bagus tidak ada penumpukan lemak atau dikenal dengan kolesterol yang sering menjadi pemicu terjadinya berbagai penyakit, sehingga bebas dari penyakit akibat tumpukan lemak atau sejenisnya, dan masih banyak dampak positif lain terhadap sistem tubuh akibat puasa.
Puasa dan Sehat Psikologis
Berpuasa tidak hanya menahan makan dan minum saja akan tetapi menahan ego, emosi, dan sikap yang juga perlu dijaga dengan baik yang membantu perbaikan kesehatan mental. Dengan menjaga emosi, sikap dan perilaku dengan baik, dan dapat terjadi tingkat penurunan kelelahan di minggu kedua puasa dan ini sangat berkaitan dengan metabolisme keton dan efek anti-inflamasinya yang berkontribusi pada tingkat stres yang rendah.
Selain itu neurotransmiter adalah komponen penting dari otak. Sistem itu mengirimkan sinyal yang tidak hanya memengaruhi cara kita berbicara, berpikir dan bertindak, tapi juga perasaan kita. Banyak penelitian yang membuktikan kalau puasa dapat meningkatkan kadar serotonin di dalam darah, yang bisa menekan depresi dan kecemasan.
Serotonin adalah salah satu senyawa kimia yang bertugas untuk mengirimkan sinyal antarsel saraf. Senyawa kimia ini juga merupakan hormon yang bisa ditemukan di beberapa bagian tubuh, seperti sistem pencernaan, darah, dan otak.
Hormon ini bertugas untuk membawa pesan antarsel dalam otak. Hormon ini berperan penting dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik, sehingga bisa merasakan bahagia, sejahtera, dan demikian sebaliknya jika seseorang kekurangan serotonin maka akan membuat suasana hati menjadi buruk yang mudah mengalam gangguan Kesehatan mental seperti kecemasan, stress, depresi, dan lain sebagainya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni