PWMU.CO – Ideopolitor PCM Babat Lamongan mengupas sejarah politik umat Islam hingga Pemilu 2024.
Hadir sebagai pembicara Dr Nurbani Yusuf dari Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu dan Wakil Ketua PWM Jawa Timur M. Khoirul Abduh.
Kajian Ramadan PCM Babat ini berlangsung di Masjid Ihyaaussunnah Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Moropelang, Jumat (27/3/2024).
Mengawali paparannya Nurbani Yusuf menyampaikan, hadirin supaya berlapang dada dan bersikap bijak menerima apa yang disampaikan.
”Jika cocok bisa dibuat ilmu, kalau tidak cocok bisa sebagai penambah wawasan,” katanya.
Lalu dia bercerita, Presiden Soekarno adalah kader Muhammadiyah dengan Nomor Baku Muhammadiyah (NBM) 384.
Begitu juga dengan Presiden Soeharto merupakan bibit Muhammadiyah yang bersekolah di SMP Muhammadiyah Magelang.
Lantas dia melompat ke sejarah masa wafat Rasulullah terjadi perdebatan politik yang seru menentukan siapa penggantinya sampai-sampai pemakamannya menunggu waktu tiga hari. Nabi wafat hari Senin dan pemakaman masuk Rabu dini hari.
Nurbani menambahkan, seberapapun sahabat Nabi berselisih mereka tetap masuk surga. Hal ini berdasarkan hadits riwayat at-Tirmidzi, Rasulullah bersabda, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id di surga, Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.
Nurbani menjelaskan, perpolitikan di masa kekhalifahan Islam juga terjadi perselisihan yang tajam.
Di antaranya kasus nepotisme yang dilakukan zaman Khalifah Usman karena mengangkat banyak kerabatnya jadi pejabat.
Begitu juga pecah perang Shiffin akibat pertentangan pendukung Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan yang mengklaim paling sah mewarisi kekuasaan.
”Sejarah perpolitikan sesungguhnya sudah terjadi sejak zaman sahabat Nabi. Pelajaran yang bisa kita ambil adalah siapapun pemimpin dan pemegang kekuasaan semuanya sudah ditetapkan Allah di Lauhul Mahfudz sebagaimana disebut surat Ali Imran ayat 26-27.
Di perpolitikan Indonesia, kata Nurbani Yusuf, suka atau tidak Pak Jokowi sudah menjadi presiden dua periode.
”Begitu juga nasib Mas Anies Baswedan meskipun menghadapi kecurangan Pemilu kalau ditakdirkan jadi presiden maka akan jadi,” tandasnya.
Sementara itu Wakil Ketua PWM Jawa Timur M. Khoirul Abduh mengulas kondisi perpolitikan Muhammadiyah terkini pasca Pemilu 2024.
”Kondisi perpolitikan warga Muhammadiyah ibarat perang Uhud. Nabi memerintahkan kepada pasukan pemanah berjaga di atas bukit dalam kondisi apapun, namun sayangnya pasukan itu meninggalkan bukit saat melihat pasukan musuh kalah meninggalkan ghanimah. Akhirnya pasukan Nabi berbalik diserang oleh pasukan musuh,” katanya.
Analogi tersebut, kata Abduh, sebagaimana seruan dan instruksi pimpinan persyarikatan untuk memperjuangkan kader Muhammadiyah di politik namun masyarakat masih tergoda dengan ghanimah yang berupa money politics.
”Dari perang Uhud sesungguhnya kita bisa belajar bagaimana kita harus patuh dan taat pada pimpinan. Salah satu evaluasi dari hasil Jipolmu adalah bagaimana warga bisa menjaga ketaatan pada pimpinan persyarikatan atau kalau tidak sekalian beri kebebasan kepada warga persyarikatan,” kata mantan ketua PWPM Jawa Timur ini.
Membina Kader
Ideopolitor PCM Babat Lamongan ini dilaksanakan oleh Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI).
Ketua PCM Babat Ahmad Arif Rahman Saidi mengapresiasi terlaksananya kegiatan yang diprakarsai oleh MPKSDI ini, karena tugas yang diberikan kepada majelis ini cukup banyak seperti membina kader dari tiga unsur yaitu ranting, amal usaha Muhammadiyah, dan organisasi otonom.
Arif Rahman mengatakan, pasca Pemilu beberapa kader Muhammadiyah kecewa karena Caleg dari kader gagal.
”Kegiatan ideopolitor PCM Babat ini sebagai penambah wawasan dan evaluasi,” ujarnya.
Dia menyampaikan terima kasih atas kerja keras Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) yang sudah membuat kegiatan ini. Juga tuan rumah PRM Moropelang.
”Mudah-mudahan kegiatan menambah keilmuan, serta kita semua tetap bahagia meski dalam Pemilu kemarin ada kekecewaan,” ujarnya.
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi Editor Sugeng Purwanto