PWMU.CO – Ziarah ke makam KH Mas Mansur dilakukan pimpinan Muhammadiyah usai acara soft launching pengembangan RS PKU Muhammadiyah di Hotel Walisongo Ampel Surabaya, Ahad (31/3/2024) bakda Ashar.
Hadir di acara itu jajaran PDM Kota Surabaya, Ketua dan Sekretaris PCM se Surabaya, pimpinan Ortom, dan jajaran PDA Kota Surabaya.
Ziarah ke makam Mas Mansur berada di kompleks Masjid Ampel di halaman sisi utara. Merupakan makam keluarga Sagopuddin, ulama dan saudagar di kawasan Ampel.
Makam Mas Mansur berdekatan dengan makam KH Hasan Gipo, Ketua Tanfidziyah PBNU pertama periode 1926-1934. Sementara KH Mas Mansur menjadi Ketua Hoofdbestuur Muhammadiyah tahun 1937-1944. Keduanya masih saudara sepupu.
Di pagar pintu masuk terpampang plakat Muhammadiyah menjelaskan makam Mas Mansur. Di sampingnya ada plakat NU menjelaskan makam Hasan Gipo yang bernama lengkap Hasan Basri Sagipodin.
Ziarah ditemani oleh cucu Mas Mansur yaitu Mas Bunyamin Faiq dan Mas Mochamad Daud Faisal yang berasal dari Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya.
Faisal menuturkan, KH Mas Mansur masih keluarga Sagopuddin dari jalur ibunya, Raudlah, yang cucu Haji Abdul Latif Tsaqifuddin.
Dia menerangkan, ibu Raudlah menikah dengan KH Mas Achmad Marzuki, ayah Mas Mansur, yang menjadi imam Masjid Ampel. Dia berasal dari keluarga Astana Tinggi Sumenep dan mondok di Pesantren Sidoresmo atau Nderesmo Surabaya.
”Nama Mas di depan Mas Mansur merupakan panggilan khas tradisi pesantren Nderesmo untuk anak-anak kiai. Jadi bukan Gus seperti pondok Jombang,” katanya.
Nama Gipo berasal dari perubahan ucapan Tsaqifuddin menurut lisan Jawa menjadi Sagipoddin. Nama keluarga anak keturuan Haji Abdul Latif Tsaqifuddin yang makamnya juga ada di kompleks makam itu.
Dari kata Sagipoddin inilah kemudian terbentuk nama panggilan Gipo yang lebih singkat dan akrab di kalangan masyarakat Ampel.
Bung Karno pada tahun 1953 pernah ziarah ke dua makam Mas Mansur dan Hasan Gipo ketika meresmikan Tugu Pahlawan selain napak tilas ke Toko Buku Peneleh dan rumah Tjokroaminoto. Mas Mansur merupakan teman seperjuangan Bung Karno.
Langgar Gipo
Andi Hariyadi, Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya, menambahkan, ada satu lagi nama tempat yang populer yaitu Langgar Gipo di Jl. Kalimas Udik I No. 51 Ampel Surabaya.
”Masuk dari Jl. Panggung, pas Masjid Serang belok kanan,” katanya.
Langgar ini dibangun oleh Haji Abdul Latif Tsaqifuddin, saudagar dan dai. Di kayu bangunan langgar terukir angka tahun 1629 dan 1830. Ketua Takmir Langgar Gipo sekarang dipegang Mas Mochamad Daud Faisal juga keluarga Sagopuddin.
Andi Hariyadi menceritakan, kemungkinan langgar ini mulai dibangun tahun 1629 M kemudian direnovasi 1830 M.
Langgar Gipo arsitekturnya mirip dengan bangunan Madrasah Mufidah milik keluarga KH Mas Mansur di Kalimas Udik IC. Juga mirip dengan Masjid Sholeh di Kaliasin VIII, masjid pertama Muhammadiyah Surabaya.
Tahun 2020 keluarga Sagipoddin memperbaiki bangunan bersejarah ini dan fungsi mushala dikembalikan.
”Tahun 2021 hingga 2022 Pemkot Surabaya merenovasi bangunan ini. Kemudian menempelkan prasasti Bangunan Cagar Budaya,” tutur Andi Hariyadi.
Langgar Gipo di masa lalu juga pernah menjadi tempat transit jamaah haji ketika menunggu kapal di Pelabuhan Perak.
Langgar ini juga punya bungker. Ukurannya 1,5 x 1 meter. Lokasinya dekat tempat wudhu di belakang. Di situ masih ada gentong air untuk wudhu.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto