PWMU.CO – Halalbihalal Smedaka bersama mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surabaya asal Gaza Palestina berlangsung di Aula Semedka, Kamis (18/4/2024).
Kegiatan yang diadakan pukul 08.00-10.00 WIB tersebut diikuti oleh siswa, guru, dan karyawan Smedaka.
Guru Bahasa Indonesia, Inang Ayu Fitriani SPd memandu jalannya acara. Pembacaan qira’atul Quran oleh Intan Nur Amalia, siswi kelas XI MM-2, terdengar sangat merdu dan indah.
Kepala SMK Pemuda Krian (Smedaka) Sidoarjo, Jawa Timur, Desy Kartiningtyastuti SPd memberikan sambutan sekaligus membuka acara pada pagi hari itu. Dia membuka sambutannya dengan mengucapkan taqabbalallahu minna waminkum minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin kepada semua yang hadir.
Kepada para siswa Desy berpesan, “Perlu diingat bahwa meminta maaf tidak hanya dilakukan ketika hari raya, tetapi dilakukan ketika kita merasa punya salah kepada orang lain dan langsung meminta maaf. Semoga dengan berakhirnya bulan Ramadhan ini kita kembali fitri.”
Tahun ini halalbihalal dikemas menarik, menyenangkan, dan penuh makna karena kedatangan tamu spesial mahasiswi asal Gaza Palestina yang tengah menempuh Pendidikan Magister Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Sondos Jehad Shnewra namanya. Dia merasa sangat senang bisa berkunjung di Smedaka, “Saya sangat senang bisa berjumpa kalian semua di sini.”
Sondos, begitu nama sapaannya, membagikan pengalaman hidupnya untuk dijadikan motivasi bagi siswa-siswi Smedaka.
“Motivasi saya untuk melanjutkan studi di Indonesia karena direkomendasikan oleh adik laki-laki saya yang tinggal di Indonesia. Dia sekarang tinggal di Gresik bersama istrinya dan menetap di sana,” imbuhnya.
Sondos mendapatkan beasiswa S-2 di UM Surabaya dan sekarang tinggal di Asrama Putri Ma’had Umar bin Khattab.
Guru Smedaka Sarwo Edi SPd MM menanyakan bagaimana keadaan di Gaza Palestina saat ini.
Sondos menjawab pertanyaan dengan wajah sedih. “Setiap hari suara bom terdengar di telinga kami. Kami tidak punya tempat yang aman lagi. Rumah sakit, klinik, dan masjid sudah hancur. Bahkan anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah lagi. Meskipun demikian mereka tetap semangat belajar di camp pengungsian. Kami sedang tidak baik-baik saja wahai saudaraku. Doakan kami untuk kuat mengahadapi semua ini,” kisahnya.
Dengan mata yang berkaca-kaca Sondos melanjutkan, “Alhamdulillah, keadaan kami sekarang lebih baik dari sebelumnya.”
Kemudian Sondos melontarkan pertanyaan kepada para siswa Smedaka: “Kehidupan kami di sana begitu berat, pantaskah kalian di sini bermalas-malasan belajar? Atau bahkan tidak datang ke sekolah? Padahal kalian masih bisa bersekolah dengan tenang tanpa ada yang menembak. Setiap hari anak-anak, orang tua dan saudara-saudara kami syahid di sana “
Suasana pun mulai hening. Lalu siswa-siswi Smedaka menjawab serentak, “Tidak, kami tidak akan malas untuk belajar dan datang ke sekolah lagi.”
“Tetap semangat berjuang untuk masa depan. Semoga bisa menggapai cita-cita kalian. Semoga sukses selalu buat kalian semua,” pesan Sandos.
Menurutnya, belajar tidak hanya di dalam kelas. “Belajar bisa di mana saja. Kita harus keluar dari zona nyaman dan terus belajar di manapun kita berada, jadikan pengalaman sebagai guru terbaik.”
Acara ditutup dengan pemberian cenderamata kepada Sondos Jehad Shnewra. Peserta lalu bersalaman saling meminta maaf, antara siswa dan guru dengan diiringi musik khas Lebaran. Sesi foto bersama menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi, guru, dan karyawan Smedaka. (*)
Penulis Fransy Herani Putri Editor Mohammad Nurfatoni