Perempuan Penjual Srikaya di Atas Bus oleh Nurkhan, kontributor Campurejo Panceng Gresik.
PWMU.CO – Perempuan itu sudah berusia 70 tahun masih semangat bekerja. Setiap hari riwa-riwi Banjarwati Paciran-Manyar Gresik untuk berjualan.
Hari itu walaupun badannya kurang enak badan, karena batuk ringan tetap berangkat dengan meniti bus Armada Sakti, Ahad (5/5/2024).
Pukul 05.30 WIB dia sudah berada di atas bus bersama penumpang lainnya. Dia duduk di kursi depan tepat di belakang sopir.
Saat itu saya juga naik bus yang sama tujuan ke Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) untuk menghadiri undangan halalbihalal Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik.
Saya memilih duduk di sebelahnya. Lalu menyapanya. “Dari mana, Bu?”
”Dari Banjarwati,” jawabnya singkat.
”Mau ke mana?” tanyaku lagi.
”Ke Manyar dodolan (jualan) srikaya,” katanya.
Dia menyebut namanya Marning. Karena sudah punya cucu lalu akrab dipanggil Mbah Marning.
Setiap hari pergi dari Banjarwati Paciran Lamongan ke Manyar Gresik. Dia berjualan buah di Pasar Manyar.
Pagi itu dia membawa buah srikaya. Di daerah lain buah ini disebut menungo. Ada banyak srikaya yang dibawa. Sebanyak empat ember plastik.
Saya membayangkan betapa susahnya Mbah Marning wira-wiri naik bus sambil membawa empat ember plastik besar berisi buah itu.
Dia menjelaskan, buah yang dijual tidak selalu srikaya. Tetapi sesuai dengan panen buah di desanya. Jadi jualannya bergantian adakalanya mangga, sukun, sawo, dan buah lainnya yang panen pada waktu itu.
Semuanya ia lakukan sendirian. Dia beli buah itu dari petani di desanya.
Mbah Marning mempunyai lima anak. Mereka sudah berkeluarga semua. Sudah memberinya cucu.
Dia mengatakan, anak-anaknya sudah melarang berjualan karena usianya semakin lanjut. Tapi Mbah Marning bersikeras berjualan.
“Saya sudah jualan puluhan tahun. Sejak masih muda. Jadi kalau berhenti rasanya gak enak,” jelasnya.
Dia juga berprinsip tidak mau merepatkan anak-anaknya selagi sehat dan masih mampu bekerja. Kecuali kalau sudah tidak mampu lagi.
“Aku jek iso mergawe, ben bocah-bocah yo nggolek dewe, aku moh ngrepotno cah-cah kui, mboh maneh wis ga iso,” ujarnya.
Artinya, saya masih bisa bekerja, anak-anak ya kerja sendiri, saya tidak mau merepotkan anak-anak, entah nanti kalau saya sudah tidak bisa kerja.
Bus melaju hingga tiba di Manyar Gresik. Dia segera turun sambil mengangkat satu ember buah srikaya. Kernet bus bus membantu menurunkan tiga ember lainnya.
Pagi itu Mbah Marning, perempuan penjual srikaya, berjalan menangkap rezeki di Pasar Manyar.
Penulis Nurkhan Editor Sugeng Purwanto