PWMU.CO – Muhammadiyah harus menjadi minoritas yang berkualitas dengan memajukan perguruan tingginya.
Demikian disampaikan Duta Besar RI untuk Lebanon Drs Hajriyanto Y Thohari MA dalam halalbihalal PWM Jatim di Gedung Muhamamdiyah Jatim Jl. Kertomenanggal Surabaya, Sabtu (4/5/2024).
Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan gerask dakwah Muhammadiyah sudah on the track. Sudah banyak kemajuan yang sudah dicapai.
Dia menjelaskan, tahun 1970 belum ada universitas Muhammadiyah seperti sekarang ini. Universitas pada saat itu baru Universitas Muhammadiyah Jakarta. Solo pada saat itu baru mempunyai IAIN Muhammadiyah, Yogyakarta baru mempunyai IKIP Muhammadiyah.
”SMA-SMA yang paling baik pada tahun itu kalau di Surabaya ya sekolah Petra, belum ada sekolah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Sekolah terbaik dibangun oleh misionaris itu, kata dia, sama situasi dengan Lebanon. Lebanon itu universitas tertua dan terbaik selama 150 tahun yaitu American University of Beirut (AUB) berdiri pada tahun 1855 oleh misionaris Amerika.
Universitas Amerika Beirut itu telah menghasilkan banyak ilmuwan, bankir, pengusaha, tokoh politik, sastrawan. Bahkan di antara berdiaspora ke berbagai negara. Begitu juga Palestina meskipun negaranya kacau, melhairkan tokoh-tokoh terkenal di dunia.
Menurut Hajriyanto, inilah keistimewaan kawasan Syam yaitu daerah Lebanon, Suriah, Palestina, Yordania.
Keistimewaan ini seperti disebut dalam surat al-Isra: 1.
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
”Dalam ayat itu Allah memberkahi sekeliling Masjidil Aqsha. Itulah kawasan Syam. Bahkan dalam surat at-Tiin, Allah bersumpah dengan negeri-negeri kawasan ini yang menghasilkan tin, zaitun, dan Bukit Sinai,” tuturnya.
Kemajuan Islam
”Baru sepuluh tahun terakhir ini muncul pesaing dari universitas-universitas di negara Teluk, seperti Uni Emirat Arab, Qatar, dan Arab Saudi. Sekarang universitas terbaik ranking satu sampai empat di Timur Tengah, dua dipegang Arab Saudi, satu dipegang Emirat Arab, satu dipegang Qatar,” katanya.
Baru tahun 1980-an umat Islam Indonesia berpikir tentang kemajuan, ujar Hajriyanto. Muhammadiyah semakin memantapkan posisinya membangun universitas.
”Alhamdulillah sekarang sudah 184 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA), hampir 50 universitasnya mulai lumayanlah. Ini menunjukkan kemajuan, seperti halnya di Lebanon, orang Islam mulai mendirikan universitas Islam,” jelasnya.
Dia menyarankan, Muhammadiyah fokus saja di bidang pendidikan dan kesehatan, untuk mengejar ketertinggalan bidang ekonomi, politik, dan kekalahan yang lain.
Dia mengatakan, state of mind Muhammadiyah yaitu berkemajuan ini yang sekarang ditiru negara-negara Timur Tengah.
”Kalau ada organisasi Islam yang mendirikan sekolah dan rumah sakit, itu pengaruh state of mind Muhammadiyah, itu sebenarnya kemenangan Muhammadiyah,” ungkapnya.
Dia berpendapat, internasionalisasi Muhammadiyah tidak sekadar diartikan membuka Cabang Muhammadiyah di seluruh dunia.
”Kalau itu terlaksana berarti kondisi ideal, tetapi setidaknya state of mind Muhammadiyah tersebar ke seluruh dunia untuk mengejar ketertinggalan umat Islam,” ujarnya.
Menurut dia, walaupun jumlahnya minoritas namun pemikirannya meluas dan dipakai banyak negara.
Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah 1993-1998 menyarankan, anak muda Muhammadiyah mengadakan program jalan-jalan ke luar negeri.
”Saya sudah bilang ke anak-anak muda Muhammadiyah, Pemuda Muhammadiyah, IPM, IMM, bikinlah program jalan-jalan ke luar negeri. Ke sepuluh negara. Lima negara Eropa, lima negara Arab. Piknik sambil mengamati bagaimana perkembangan dan dinamika umat Islam di penjuru dunia. Itu sangat menarik bagi kita sekalian,” pesannya.
Penulis Mahyuddin Syaifulloh Editor Sugeng Purwanto