PWMU.CO – Umumnya jamaah calon haji (JCH) dari Indonesia dari miqat di Mekah langsung menuju Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah untuk mengikuti wukuf sebagai puncak ibadah haji.
Tapi sebagian kecil JCH akan melakukan tarwiyahan, yakni tinggal di Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah. Seperti yang dilakukan KBIH Baitul Atiq Gresik. Selasa (28/8) malam ini mereka berangkat menuju Mina.
Dalam perbincangan dengan PWMU.CO saat di Jedah (18/) lalu Dr KH Aslich Maulana mengungkapkan bahwa ada sekitar 10 persen JCH yang melaksanakan tarwiyahan. “Pemerintah Indonesia sendiri tidak menganggarkan komponen tarwiyah. Sehingga jamaah yang melakukannya harus membiayai sendiri,” terang Pembimbing KBIH Baitul Atiq itu. Biaya itu, ujarnya, meliputi transportasi dari Mekah ke Mina dan makan 3 kali selama di Mina tanggal 8 itu.
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu mengatakan bahwa JCH KBIH Baitul Atiq dari tahun ke tahun selalu diajak tarwiyahan. “Karena hal itu yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sedangkan kita berusaha mengikuti cara haji yang beliau contohkan,” paparnya.
Menurut Aslich, tarwiyah adalah saat-saat di mana Nabi Ibrahim harus berpikir atau merenung atas perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. “Di Indonesia tanggal 8 Dzulhijjah sangat terkenal dengan puasa tarwiyah. Sayangnya prosesi tarwiyahan dalam ibadah haji malah tidak banyak dikenal jamaah haji Indonesia,” ujarnya.
Selain untuk berdzikir dan merenung, saat tarwiyahan jamaah Baitul Atiq akan diajak mempraktikkan shalat qashar 5 waktu. “Di sana kita akan shalat qashar tanpa jamak. Kita shalat dua rakaat kecuali Mahrib yang tetap 3 rakaat. Itu seperti yang dilakukan Rasulullah saw,” jelas Aslich.
Saat ditanya mengapa Kemenag tidak memfasilitasi JCH untuk melakukan tarwiyahan, pria yang tinggal di Bungah Gresik itu menyampaikan bahwa pemerintah kuatir wukuf sebagai rukun haji akan terganggu jika jamaah harus ikut tarwiyahan yang dianggap sunah itu. “Tapi Baitul Atiq berusaha mengikuti apa yang dicontohkan Nabi saw, termasuk beliau melakukan tarwiyahan,” kata dia.
Selain melakukan tarwiyahan jamaah Baitul Atiq akan melaksanakan nafar tsani yaitu melempar jumrah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Menurut Aslich jamaah Indonesia umumnya melakukan nafar awal yakni melempar jumrah sampai 12 Dzulhijjah. “Keduanya boleh. Tidak berdosa,” kata dia sambil mengutip surat Albaqarah ayat 203.
Aslich menjelaskan bahwa sebenarnya nafar tsani termasuk dianggarkan pemerintah. “Itu jelas ada kontraknya antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi,” kata Aslich yang juga menerangkan bahwa biasanya yang melaksanakan tarwiyahan juga melakukan nafar tsani. “Itu satu paket, seperti hajinya orang-orang Arab sini,” ucapnya.
Dari Kloter 62 SUB Gresik, selain Baitul Atiq, KBIH As Salam dan Jamaah Maskumambang yang akan melakukan tarwiyahan. Selamat menunaikan haji, semoga mabrur. (Mohammad Nurfatoni)
PWMU.CO – Umumnya jamaah calon haji (JCH) dari Indonesia dari miqat di Mekah langsung menuju Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah untuk mengikuti wukuf sebagai puncak ibadah haji.
Tapi sebagian kecil JCH akan melakukan tarwiyahan, yakni tinggal di Mina pada tanggal 8 Dzulhijjah. Seperti yang dilakukan KBIH Baitul Atiq Gresik. Selasa (28/8) malam ini mereka berangkat menuju Mina.
Dalam perbincangan dengan PWMU.CO saat di Jedah (18/) lalu Dr KH Aslich Maulana mengungkapkan bahwa ada sekitar 10 persen JCH yang melaksanakan tarwiyahan. “Pemerintah Indonesia sendiri tidak menganggarkan komponen tarwiyah. Sehingga jamaah yang melakukannya harus membiayai sendiri,” terang Pembimbing KBIH Baitul Atiq itu. Biaya itu, ujarnya, meliputi transportasi dari Mekah ke Mina dan makan 3 kali selama di Mina tanggal 8 itu.
Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik itu mengatakan bahwa JCH KBIH Baitul Atiq dari tahun ke tahun selalu diajak tarwiyahan. “Karena hal itu yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sedangkan kita berusaha mengikuti cara haji yang beliau contohkan,” paparnya.
Menurut Aslich, tarwiyah adalah saat-saat di mana Nabi Ibrahim harus berpikir atau merenung atas perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail. “Di Indonesia tanggal 8 Dzulhijjah sangat terkenal dengan puasa tarwiyah. Sayangnya prosesi tarwiyahan dalam ibadah haji malah tidak banyak dikenal jamaah haji Indonesia,” ujarnya.
Selain untuk berdzikir dan merenung, saat tarwiyahan jamaah Baitul Atiq akan diajak mempraktikkan shalat qashar 5 waktu. “Di sana kita akan shalat qashar tanpa jamak. Kita shalat dua rakaat kecuali Mahrib yang tetap 3 rakaat. Itu seperti yang dilakukan Rasulullah saw,” jelas Aslich.
Saat ditanya mengapa Kemenag tidak memfasilitasi JCH untuk melakukan tarwiyahan, pria yang tinggal di Bungah Gresik itu menyampaikan bahwa pemerintah kuatir wukuf sebagai rukun haji akan terganggu jika jamaah harus ikut tarwiyahan yang dianggap sunah itu. “Tapi Baitul Atiq berusaha mengikuti apa yang dicontohkan Nabi saw, termasuk beliau melakukan tarwiyahan,” kata dia.
Selain melakukan tarwiyahan jamaah Baitul Atiq akan melaksanakan nafar tsani yaitu melempar jumrah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Menurut Aslich jamaah Indonesia umumnya melakukan nafar awal yakni melempar jumrah sampai 12 Dzulhijjah. “Keduanya boleh. Tidak berdosa,” kata dia sambil mengutip surat Albaqarah ayat 203.
Aslich menjelaskan bahwa sebenarnya nafar tsani termasuk dianggarkan pemerintah. “Itu jelas ada kontraknya antara pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi,” kata Aslich yang juga menerangkan bahwa biasanya yang melaksanakan tarwiyahan juga melakukan nafar tsani. “Itu satu paket, seperti hajinya orang-orang Arab sini,” ucapnya.
Dari Kloter 62 SUB Gresik, selain Baitul Atiq, KBIH As Salam dan Jamaah Maskumambang yang akan melakukan tarwiyahan. Selamat menunaikan haji, semoga mabrur. (Mohammad Nurfatoni)