Di Masjid Nabawi Tidak Boleh Ada Identitas Apapun yang Dikibarkan, Liputan Kontributor PWMU.CO Mustain Masdar dari Tanah Suci.
PWMU.CO – Rombongan jamaah KBIHU Labbaik RSML di hari kedua Rabu (15/5/24) diajak keliling sekitar Masjid Nabawi untuk mengenal jejak sejarah Rasulullah dan para sahabatnya. Jamaah dipandu oleh dua muthawif: Ustadz Hanan Afifi dari Padang dan Ustadz Nasir dari Solo. Juga pembimbing Labbaik, KH Shodikin.
Pertama diajak melihat Masjid Ghamamah lalu Masjid Abu Bakar lanjut makam Baqi’ dan terakhir monumen Saqifah Bani Sa’adah. Ada juga penjelasan dan sosialisasi cara masuk Raudhah. Di masing-masing tempat yang dikunjungi senantiasa dijelaskan sejarahnya oleh muthawif tersebut.
Misalnya ketika berada di bangunan Saqifah Bani Saadah. Ustadz Hanan menceritakan kisahnya: Saqifah Bani Sa’adah atau As-Saqifah dulu merupakan bangunan beratap yang digunakan kabilah Bani Saidah, Suku Khazraj, salah satu kabilah dari Madinah, Hijaz, barat daya Jazirah Arab. Tempat itu merupakan tempat Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah.
Lokasi tersebut berada di tengah Kota Madinah, tepatnya di barat daya Masjid Nabawi, di antara pemukiman dan perkebunan milik kabilah Bani Saidah. Awalnya, bentuk saqifah sangat besar. Maklum, saqifah berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kaum Anshar.
Lebih lanjut ustad Hanan mengatakan, selepas Rasulullah SAW wafat, kaum Anshar sudah siap membaiat kandidat yang mereka usung yaitu Saad bin Ubadah. Musyawarah Anshar kemudian didengar oleh Muhajirin, maka datanglah Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidillah.
Terjadi perbedaan, tetapi Umar berhasil meredakan dengan mengatakan, bahwa Rasulullah pernah berpesan sebagai penggantinya adalah dari Muhajirin: “Minna amirun wa minkum wuzara” (pemimpin dari kami sedangkan kalian adalah para menteri).
Sementara Umar yang ditunjuk mengatakan, tidak mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya ada Abu Bakar As-Shidiq. Umar pun menunjuk Abu Bakar. Demikian calon yang dipersiapkan oleh Anshar, Sa’ad bin Ubadah harus rela menyerahkan kekhalifaan kepada Abu Bakar RA. Maka di baiatlah Abu Bakar sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW.
Tidak Boleh Ada Identitas Apapun
Saat rombongan berkumpul agak lama untuk mendengarkan penjelasan, kami didatangi oleh askar untuk memberi tahu agar tidak terlalu lama berhenti, tidak boleh menggunakan pengeras suara, juga tidak boleh mengibarkan banner atau spanduk identitas apapun. Ternyata peringatan ini ‘dilanggar’ oleh kelompok KBIHU lain hingga pada penangkapan terhadap dua orang ketua kelompoknya.
Dilaporkan oleh Kantor Daerah Kerja (Kadaker) Madinah dari Kepala Sektor Khusus (Kaseksus) Nabawi perihal penangkapan terhadap jemaah haji Indonesia oleh Polisi Masjid Nabawi.
Telah ditangkap dua orang jamaah haji dari Kloter 4 Embarkasi Surabaya dengan kronologis sebagai berikut: Setelah shalat Ashar kedua jemaah bersama rombongannya melakukan acara tahlilan bersama dipimpin ketua KBIH-nya di pelataran selatan Masjid nabawi. Selesai acara tahlilan mereka membentangkan spanduk bertuliskan KBIH sebagai bentuk dokumentasi.
Kegiatan tersebut dilihat oleh askar/Polisi Arab. Kejadian selanjutnya dua orang di antara mereka, langsung dibawa ke kantor polisi dan dibawa ke lantai dua pintu 37 pada pukul 18.15 waktu Arab Saudi (WAS).
Tindakan yang dilakukan oleh petugas haji Indonesia setelah mendapat laporan anggota Seksus dipimpin Sapto anggota Linjam sektor didampingi juru bahasa Andi dan Abdul Halim mendatangi kantor polisi. Melakukan koordinasi dengan polisi Arab Saudi, kedua jamaah tersebut dinasihati oleh Polisi Arab kemudian sekitar pukul 18.45 WAS, keduanya dilepaskan sebelum shalat Maghrib. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni